otitis media serosa

Kamis, 14 Februari 2013

BAB I 

PENDAHULUAAN


Otitis media merupakan salah satu kelainan yang terjadi pada telinga tengah yang berupa  peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, Tuba eusthacius, antrum mastoid dan sel- sel mastoid. Dimana otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat,diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3- 6 tahun (Canter RJ. 1997).
Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3 minggu), subakut (3 – 12 minggu) dan kronis (> 12 minggu). Sedangkan menurut gejala klinisnya otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif(= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi). Masing- masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut= OMA ) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotraumas = aerotitis) dan otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesive.  (Djaafar, 2007).
Otitis media serosa disebut juga otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear) adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif, sedangkan membran timpani utuh. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terjadi  pada pasien setelah mengalami barotrauma contoh pada seorang  penyelam  dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas.
Kondisi yang dianggap sebagai penyebab utama munculnya OME adalah setiap keadaan yang mempengaruhi muara atau ujung proksimal tuba eustachius (TE) di nasofaring ataupun mekanisme mukosiliari klirens dari TE. TE dianggap sebagai katup (valve) penghubung telinga tengah dan nasofaring. Struktur ini menjamin ventilasi telinga tengah, sehingga menjaga tekanan tetap ekual di kedua sisi gendang telinga. Edema faring dan peradangan akibat ISPA biasanya berefek terhadap ujung proksimal TE di nasofaring ataupun mekanisme mukosiliari klirens TE. Keadaan lain seperti: alergi hidung, barotrauma, penekanan terhadap muara/torus tuba oleh massa seperti adenoid yang membesar ataupun tumor di nasofaring, abnormalitas anatomi TE ataupun deformitas celah palatum, benda asing seperti nasogastrik atau nasotrakeal tube, dapat pula menjadi faktor predisposisi.
Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden OME sebesar 14% - 62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%.1
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang khusus mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan pada anak yang menderita OME.1
OME adalah peradangan telinga tengah yang di tandai dengan adanya cairan efusi di rongga telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa disertai dengan tanda-tanda ifeksi akut. OME termasuk dalam golongan otitis media non supuratif. Terdapat banyak sinonim dari OME ini. Tetapi yang paling banyak diterima berdasarkan terminologi adalah otitis media efusi.4
Adanya cairan di dalam telinga tengah mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran. Orang tua mengeluhkan anak-anaknya mendengarkan suara televise dengan volume terlalu keras, sering menanyakan ulang atas jawaban yang diberikan orang tuanya dan tidak segera mengacuhkan bila di panggil. Beberapa anak mungkin tidak didapatkan keluhan. Cairan dalam telinga tengah pada anak-anak bisa berbulan-bulan dan baru diketahui ketika diadakan pemeriksaan rutin.5
Anak-anak memerlukan kemampuan mendengar untuk belajar berbicara. Adanya gangguan pendengaran karena cairan di telinga tengah mengakibatkan terjadinya kelambatan bicara.6-8 Diagnosis dan penatalaksanaan dini dapat mencegah hambatan pendengaran anak akibat OME. Pada makalah ini akan disampaikan diagnosis dan penatalaksanaan dari OME.
Otitis media serosa dibagi 2 jenis  yaitu otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronik (glue ear), dimana pembagian ini didasarkan pada durasi timbulnya penyakit atau durasi timbulnya sekret dan bentuk sekret.

BAB II

ISI

Definisi

Otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret nonpurulen di telinga tengah dengan  membran timpani utuh tampa adanya tanda – tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan efusi di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda dan gejala inflamasi akut. dimana Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. Sedangkan Pada Otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid.
Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media mukoid / otitis media efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk pus, disertai tanda-tanda radang maka disebut otitis media akut (OMA).
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan efusi di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda dan gejala inflamasi akut.2,3

Anatomi dan fisiologi

Untuk memahami terjadinya OME, anatomi dan fungsi tuba Eustachius memegang peranan penting. Tuba Eustachius merupakan bagian dari system yang paling berhubungan termasuk hidung, nasofaring, telinga tengah, dan rongga mastoid.2,4
Tuba Eustachius tidak hanya berupa tabung melainkan sebuah organ yang mengandung lume dengan mukosa, kartilago, dikelilingi jaringan lunak, muskulus peritubular seperti veli palatine, levator veli palatine, salpingofaringeus, dan tensor timpani dan di bagian superior didukung tulang. Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa yang menyebabkan meningkatnya insiden otitis media pada anak-anak.4
Panjang tuba pada anak setengah panjang tuba dewasa, sehingga sekret nasofaring lebih mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui tuba yang pendek. Arah tuba bervariasi pada anak, sudut antara tuba dengan bidang horizontal adalah 100. Sedangkan pada dewasa 450. Sudut antara tensor veli palatine dengan kartilago bervariasi pada anak-anak tetapi relatif stabil pada dewasa. Perbedaan ini dapat membantu menjelaskan pembukaan lumen tuba ( kontraksi tensor veli palatini ) yang tidak efisien pada anak-anak. Masa kartilago bertambah dari bayi sampai dewasa. Densitas elastin pada kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi densitas kartilago lebih besar. Ostmann fat pad lebih kecil volumenya pada bayi. Pada anak-anak banyak lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-anak.

Jenis

Otitis media serosa dibagi 2 jenis : otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronik (glue ear). Dimana pembagian ini berdasarkan pada durasi timbulnya penyakit atau durasi timbulnya sekret dan bentuk sekret.
1.      Otitis Media Serosa Akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Penyebabnya antara lain sumbatan tuba (barotrauma), virus, alergi dan idiopatik.
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran yang berkurang, selain itu ada rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak di dalam telinga dengan perubahan posisi. Rasa nyeri relative. Vertigo kadang dalam bentuk ringan. Dengan otoskop terlihat retraksi membrane timpani. Kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.
Pengobatan dapat dengan medikamentosa dan pembedahan. Dapat diberikan tetes hidung (vasokontriktor lokal), anti histamine, serta perasat valsava. Bila gejala masih menetap setelah 1–2 minggu, dilakukan miringotomi, dan apabila belum mebaik dengan miringotomi dapat ditambahkan pemasangan pipa ventilasi (Grommet).1,6
2.      Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear)
Pada keadaan kronis secret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Otitis media kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering pada orang dewasa. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diduga adanya hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.1,6
·         Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik hanya pada cara terbentuknya sekret.
·         Pada otitis media serosa akut, sekret terbentuk secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga.
·         Pada otitis media serosa kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeridengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
·         Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.
·         Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear.
·         Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba Eustachius, status imunologi, alergi, faktor lingkungan dan sosial. Walaupun demikian tekanan telinga tengah yang negatif, abnormalitas imunologi, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama dalam pathogenesis OME. Faktor penyebab lainnya termasuk hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma, terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis. Merokok dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi adenoid yang juga merupakan patogenesis timbulnya OME.2
1.      Gangguan fungsi tuba
Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga telinga tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring terganggu dan gangguan mekanisme proteksi rongga telinga tengah terhadap refluks dari rongga nasofaring. Akibat gangguan tersebut rongga telinga tengah akan mengalami tekanan negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan peningkatan permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya terdapat akumulasi sekret di rongga telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga tengah akan menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.
Obstruksi tuba Eustachius ytang menimbulkan terjadinya tekanan negatif di telinga tengah akan diikuti retraksi membran timpani. Orang dewasa biasanya akan mengeluh adanya rasa tak nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan pendengaran ringan dan tinnitus. Anak-anak mungkin tidak muncul gejala seperti ini. Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu lama cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa telinga tengah, menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa. Kejadian ini sering timbul pada anak-anak berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas dan sejumlah gangguan pendengaran mengikutinya.7,1
2.       Infeksi
   Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya OME sejak dilaporkan adanya bakteri di telinga tengah. Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenzae, Moraxella Catarrhalis dikenal sebagai bakteri pathogen terbanyak ditemukan dalam telinga tengah.6,7,8
Meskipun hasil yang didapat dari kultur lebih rendah. Penyebab rendahnya angka ini diduga karena :
·         Penggunaan antibiotik jangka lama sebelum pemakian ventilation tube akan mengurangi proliferasi bakteri patogen,
·         Sekresi immunoglobulin dan lisosim dalam efusi telinga tengah akan menghambat proliferasi patogen,
·         Bakteri dalam efusi telinga tengah berlaku sebagai biofilm
3.      Status Imunologi
Faktor imunologis yang cukup berperan dalam OME adalah sekretori Ig A. immunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam mukosa kavum timpani. Sekretori Ig A terutama ditemukan pada efusi mukoid dan di kenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif bekerja dipermukaan mukosa respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman agar tidak kontak langsung dengan permukaan apitel, dengan cara membentuk ikatan komplek. Kontak langsung dengan dinding sel epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi jaringan. Dengan demikian Ig A aktif mencegah infeksi kuman.6,7,8
4.       Alergi
Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan OME masih belum jelas. Akan tetapi dari gambaran klinis di percaya bahwa alergi memegang peranan. Dasar pemikirannya adalah analogi embriologik, dimana mukosa timpani berasal sama dengan mukosa hidung. Setidak-tidaknya manifestasi lergi pada tuba Eustachius merupakan penyebab okulasi kronis dan selanjutnya menyebabkan efusi. Namun demikian dari penelitian kadar Ig E yang menjadi kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum tidak menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab.8
Etiologi dan patogenesis otitis media oleh karena alergi mungkin disebabkan oleh satu atau lebih dari mekanisme di bawah ini :
§  Mukosa telinga tengah sebagai organ sasaran ( target organ )
§  Pembengkakan oleh karena proses inflamasi pada mukosa tuba Eustachius
§  Obstruksi nasofaring karena proses inflamasi, dan
§  Aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret alergi ke dalam ruang telinga tengah.

Epidemiologi

Infeksi telinga tengah menjadi masalah medis yang paling sering pada bayi dan anak-anak umur pra sekolah, dan diagnosa utama yang paling sering pada anak-anak yang lebih muda dari usia 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek dokter.2,3
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.5
Pada tahun 1990, 12.8 juta kejadian otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anak-anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari, dan 10% lainnya menjadi OME setelah 90 hari, sedikitnya 3.84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut; 1.28 juta kasus menetap setelah 3 bulan.2
Statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME. Kasus OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-38%.2,3
Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan anak-anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit ini di temukan dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat disimpulkan rata-rata insiden OME sebesar 14% - 62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%.
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang khusus mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan pada anak yang menderita OME.




Gejala klinis

Anak-anak yang lebih tua atau dewasa mungkin mengeluhkan pendengarannya yang berkurang atau telinganya terasa penuh. Penderita OME jarang memberikan gejala sehingga pada anak-anak sering terlambat diketahui. Gejala OME ditandai dengan rasa penuh dalam telinga, terdengar bunyi berdengung yang hilang timbul atau terus menerus, gangguan pendengaran dan rasa nyeri yang ringan. Dizziness juga dirasakan penderita-penderita OME. Gejala kadang bersifat asimtomatik sehingga adanya OME diketahui oleh orang yang dekat dengan anak misalnya orang tua atau guru.
Anak-anak dengan OME juga kadang-kadang sering terlihat menarik-narik telinga mereka atau merasa seperti telinganya tersumbat.Pada kasus yang lanjut sering ditemukan adanya gangguan bicara dan perkembangan berbahasa. Kadang-kadang juga ditemui keadaan kesulitan dalam berkomunikasi dan keterbelakangan dalam pelajaran.1,2,3

Diagnosis

Dokter mendiagnosa serous otitis media dengan melihat perubahan warna dan penampilan pada gendang telinga dan dengan menekankan udara ke dalam telinga untuk melihat ke alam telinga untuk melihat apakah gendang telinga tersebut berubah. Jika gendang telinga tidak berubah tetapi tidak terdapat kemerahan atau tonjolan dan anak tersebut mengalami beberapa gejala, kemudian serous otitis media adalah mungkin terjadi.
Diagnosis OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yang bermakna sesuai dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan primer atau dokter anak yang mendiagnosisnya. Gejala tidak ada sensitif maupun spesifik, banyak anak justru tanpa gejala. Pemeriksaan fisik pada anak penderita OME berpotensi tidak akurat kerena kesan subjektif gambaran membran timpani sulit dinilai. Belum lagi anak-anak yang tidak kooperatif saat dilakukan pemeriksaan. Namun enamnesis dan pemeriksaan fisik tetap sangat berperan dalam mendiagnosis OME.3
1.      Anamnesis
Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang tua mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwa anak mempunyai problem pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah, bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME ditemukan secara tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolah-sekolah.5
Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling sering adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh sampai dengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita OME biasanya mereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan berulang.3 Pada anak-anak yang lebih besar biasanya mereka mengeluhkan kesulitan menengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan volume saat menonton televisi di rumah.1 Orang tua juga sering mendengarkan keluhan telinga anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-narik daun telinganya.2
2.      Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi, timpanogram, audiogram dan kadang tindakan miringotomi untuk memastikan adanya cairan dalam telinga tengah.5,7,8
a.         Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan translusensi membrana tempani. Macam-macam perubahan atau kelainan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat sebagaimana berikut :
o   Membrana timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang menggati gambaran tembus cahaya selain itu letak segitiga reflek cahaya pada kuadran antero inferior memendek, mungkin saja didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapier pada membran timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid atau mukupurulen membrana timpani berwarna lebih muda ( krem ).
o   Membrana timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat lebih pendek dan lebih horizontal, membran kelihatan cekung dan reflex cahaya memendek. Warna mungkin akan berubah agak kekuningan.
o   Atelektasis, membrana timpani biasanya tipis, atropi dan mungkin menempel pada inkus, stapes dan promontium, khusunya pada kasus-kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus yang seperti ini karena disfungsi tuba Eustachius dan otitis media efusi yang sudah berjalan lama.
Pada pemeriksaan otoskopi menunjuk kecurigaan OME apabila ditemukan tanda-tanda antara lain :
o   Tidak didapatkan tanda-tanda radang akut.
o   Terdapat perubahan warna membrana timpani akibat refleksi dari adanya cairan didalam kavum timpani.
o   Membran timpani tampak lebih menonjol.
o   Membran timpani retraksi atau atelektasis.
o   Didapatkan air fluid levels atau buble, atau
o   Mobilitas membran berkurang atau fikasi.
3.      Radiologi
Pemeriksaan radiologi foto mastoid dahulu efektif digunakan untuk skrining OME, tetapi sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik banyak membantu diagnosis penyakit ini.
CT Scan sangat sensitive dan tidak diperlukan untuk diagnosis. Meskipun CT scan penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi dari otitis media missal mastoiditis, trombosis sinus sigmoid ataupun adanya kolesteatoma. CT scan penting khususnya pada pasien dengan OME unilateral yang harus dipastikan adanya massa di nasofaring telah disingkirkan.

Diagnosa banding

Otitis media supuratif akut tipe kataral

Komplikasi

Jika otitis media tidak segera diobati dapat terjadi mastoiditis. Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi ke otak (meningitis ) dan  sumbatan pembuluh darah akibat tromboemboli.
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.

 




Penatalaksanaan

Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif. Dimana Terapi medikamentosa dari otitis media efusi (OME) termasuk penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin dan dekongestan, serta mukolitik. Karena otitis media efusi menunjukkan terdapatnya bakteri patogen, diperlukan pengobatan dengan antibiotik yang tepat, meskipun bukti yang menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa pendek. Penelitian eritromisin, sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan trimetoprim-sulfametoksazol.
Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah dilakukan pengobatan konservatif selam lebih dari 3 bulan tidak sembuh. Untuk memberikan hasil yang baik terhadap drainase dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi. Pada Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum. Pipa ventilasi dipasang pada daerah kuadran antero inferior atau antero superior. Pipa ventilasi akan dipertahankan sampai fungsi tuba ini paten. Dimana Penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan atau tanpa tonsilektomi.
Tujuan pemasangan pipa ventilasi adalah menghilangkan cairan pada telinga tengah, mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi, mencegah kekambuhan, mencegah gangguan perkembangan kognitif, bicara, bahasa dan psikososial.

Pencegahan

·           Hindari iritan seperti asap rokok, yang dapat mengganggu fungsi tuba eustakius.
·           Identifikasi dan menghindari allergen yang dapat menyebabkan Ome anak Anda.
·           Cuci tangan dan mainan
·           Gunakan filter udara dan mendapatkan udara segar untuk membantu menurunkan paparan terhadap kuman udara.
·           Jangan gunakan terlalu banyak antibiotik. Terlalu sering menggunakan antibiotik keturunan bakteri semakin resisten.
·           Menyusui akan membuat anak kurang rentan terhadap infeksi telinga selama bertahun-tahun.
·           Vaksin pneumokokus dapat mencegah infeksi dari penyebab yang paling umum dari infeksi telinga akut (yang dapat menyebabkan Ome). Vaksin flu juga dapat membantu.
·           Untuk dewasa dan anak-anak yang lebih besar, mengunyah permen karet bisa membantu fungsi tuba eustakius.

Prognosis   

Otitis media dengan efusi (Ome) adalah penyebab utama gangguan pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa pada anak-anak muda tertunda dari 10 tahun, dan kehilangan pendengaran konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis media dengan efusi juga telah dikaitkan dengan hilangnya pendengaran sensorineural. Kedua prostaglandin dan leukotrien telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada efusi telinga tengah (MEE). Paparan kronis ini metabolit asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan kadang-kadang permanen sensorineural.
Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses ini.  OME biasanya tidak mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak mengalami kerusakan pada pendengaran jangka panjang mereka atau kemampuan berbicara, bahkan ketika cairan tetap selama berbulan-bulan.
Otitis media efusi biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu minggu atau bulan. Penatalaksanaan yang tepat dapat mempercepat proses penyembuhan. Selama cairan masih terakumulasi di tengah telinga, maka akan mengurangi fungsi pendengaran. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak-anak. Gangguan ini tidak akan menjadi ancaman bagi kehidupan tetapi dapat mengakibatkan komplikasi serius.1,7

BAB III

KESIMPULAN


Otitis media efusi (OME) adalah terdapatnya cairan dalam telinga tengah tanpa tanda-tanda atau gejala infeksi telinga akut. OME merupakah salah satu penyakit paling umum ditemukan pada anak. Sekitar 90% anak memiliki otitis media efusi (OME) pada beberapa waktu sebelum usia sekolah OME menjadi perhatian klinis karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran dan keterlambatan perkembangan bahasa. Diagnosis yang tepat dari OME mendasari penatalaksanaan yang benar.7
Seringkali pada OME terdapat hipertrofi adenoid, terutama pada anak-anak dengan OME lama atau berulang. Kadang-kadang hipertrofi tonsil dapat ditemukan. Temuan tambahan mungkin ditemukan termasuk hidung tersumbat, rinore, postnasal drip dan tanda-tanda alergi seperti mata merah dan/atau berair. Pemeriksaan audiometri dianjurkan ketika OME persisten untuk jangka waktu yang lebih lama, atau jika terdapat keterlambatan bahasa, gangguan belajar, atau gangguan pendengaran yang signifikan terjadi.7
Sejumlah besar bukti epidemiologi menunjukkan bahwa pantas dilakukan modifikasi faktor risiko pada intervensi pelayanan primer. Terapi medikamentosa dari otitis media efusi (OME) termasuk penggunaan antibiotik, steroid, antihistamin dan dekongestan, serta mukolitik. Karena otitis media efusi menunjukkan terdapatnya bakteri patogen, diperlukan pengobatan dengan antibiotik yang tepat, meskipun bukti yang menunjukkan hanya bermanfaat untuk jangka masa pendek. Penelitian eritromisin, sulfisoxazole, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat, dan trimetoprim-sulfametoksazol telah menunjukkan tingkat kesembuhan lebih cepat dibandingkan dengan placebo. Antihistamin dan dekongestan dapat dipertimbangkan untuk menghilangkan gejala-gejala seperti hidung tersumbat, rinore, dan sinusitis sering menyertai otitis media. Operasi menjadi terapi yang paling banyak diterima untuk otitis media efusi (OME), dan ini jelas efektif. Intervensi operasi termasuk miringotomi dengan atau tanpa penempatan tuba, adenoidektomi, atau keduanya.
OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam melakukan diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi dengan anak tersebut akan menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian orang tua dan guru sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Etiologi dan patofisiologi OME sangat multifaktorial, saling menunjang dan saling terkait. Pada bayi dan anak, status imunologi sangat penting untuk menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis OME. Penggunaan alat otoskopi pneumatik, timpanometri, audiometric untuk pemeriksaan fisik sangat membantu dalam menegakan diagnosis.
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif. Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin, dekogestan, dengan atau tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi dengan atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan atau tanpa tonsilektomi.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam menghambat terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA


1.   Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor: Otitis Media Non-Supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. p 58-60.
2.  Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/
3.   Efendi, Harjanto; Santoso Kuswidayati. Editor: Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Ed.6. Jakarta: EGC. 2005.p 97-98.
4.  Jide. 2008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan [8 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran-dan-keseimbangan..
5. Media, Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://id.wikipedia.org/wiki/Telinga.
6.  Arifiani, Novi. 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. [1 screens] Cited 18 Juni 2009. Available from: http://www.Cerminduniakedokteran.com.
7.   Elfa. 2008. Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan. [4 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://elfa79.wordpress.com/2008/09/3/Anatomi-Fisiologi-Sistem-Pendengaran-dan-Keseimbangan/ 
8.    Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10 screens] Cited 15 Juni 2009. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/ 9Admin . 2009. Otitis Media Akut. [15 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from: http://www.medlinux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-akut.html.

0 komentar:

Posting Komentar