TOKOLITIK

Selasa, 26 Februari 2013



Dua pengaruh utama kontraktilitas miometrium adalah konsentrasi intraseluler kalsium dan aktivitas miosin light chain kinase, suatu enzim yang juga bergantung pada kalsium
Kalsium intraseluler yang meningkat mengikat diri dengan calmodulin. Kompleks ini mengaktivasi enzim miosin light chain kinase, yang kemudian akan memfosforilasi miosin. Miosin yang telah difosforilase akan berinteraksi dengan aktin menghasilkan kontraksi uterus.
Tempat utama dimana kalsium diregulasi adalah  pada  membran sel dan pada penyimpanan intraseluler di retikulum sarkoplasma.
Kalsium pada sel myometrium berasal dari intraseluler maupun ekstraseluler dimana sebagian besar kalsium yang digunakan sel myometrium untuk berkontraksi berasal dari konsentrasi kalsium intraseluler.
Peningkatan kalsium intraseluler dari berbagai macam mekanisme yang berbeda dan berikatan dengan calmodulin dan memulai aktivasi dari calcium-dependent myosin light chain kinase (CDMLK)
Sub grup dari obat-obat tokolitik bekerja dengan cara yang berbeda-beda untuk menghambat terjadinya kontraksi uterus, ini terjadi melalui mekanisme persalinan yang spesifik (antagonis oksitosin, penghambat prostaglandin) atau melalui aksi non spesifik pada kontraktilitas sel (β agonis, magnesium sulfat dan penghambat kalsium)
β AGONIS SEBAGAI TOKOLITIK
β Agonis adalah golongan tokolitik yang secara struktur sama dengan katekolamin endogen, epinefrin dan nor-epinefrin. Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor β adrenergik pada uterus.
Terbutalin dan Ritodrin sekarang yang paling banyak digunakan sebagai tokolitik pada golongan ini di Amerika Serikat dibandingkan dengan Hexoprenalin, Fenoterol, Salbutamol dan lain-lain, tetapi hanya Ritodrin yang direkomendasikan oleh FDA sebagai tokolitik dari golongan ini.
Ritodrin dan Terbutalin diketahui dapat menembus plasenta dengan cepat dan menginduksi stimulasi β Adrenergik pada fetus. Konsentrasi pada fetus ± 30% lebih rendah dibanding dengan konsentrasi maternal setelah 2 jam pemberian secara intra vena, tetapi menjadi sama setelah periode yang lebih lama. Pada pemberian yang konstan melalui intravena Ritodrin dan Terbutalin akan mencapai dosis terapi dengan waktu paruh 6-9 menit. Setelah pemberian intravena tidak dilanjutkan waktu paruhnya meningkat mencapai 2,5 jam.
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
·        Maternal :
·        Penyakit jantung
·        Diabetes melitus yang tidak terkontrol
·        PEB dan eklampsia
·        Hipertiroid
·        Perdarahan ante partum
·        Fetal :
·        Gawat janin
·        Korioamnionitis
·        Janin mati
·        IUGR
Pemberian dosis obat haruslah mulai dari dosis terkecil.Ritodrin biasanya diberikan intravena dengan dosis awal 50-100μg/m dan ditingkatkan 50μg/m setiap 15-20 menit sampai kontraksi uterus berhenti, dengan dosis maksimum 350μg/m
Efek-efek Terhadap Ibu
Berikut adalah efek-efek maternal akibat terapi tokolitik dengan golongan β- Adrenergik agonis :
·        Fisiologi :
·        Agitasi
·        Sakit kepala
·        Mual
·        Muntah
·        Demam
·        Halusinasi
·        Metabolik :
·        Hiperglisemia
·        Diabetik ketoasidosis
·        Hiperinsulinemia
·        Hiperlaktasidemia
·        Hipokalemia
·        Hipokalsemia
·        Jantung :
·        Edema pulmonum
·        Takikardi
·        Palpitasi
·        Hipotensi
·        Gagal jantung
·        Aritmia, dll
Efek Terhadap Janin dan Neonatus
·        Fetal :
·        Takikardi
·        Aritmia
·        Iskemik otot jantung
·        Hipertropi otot jantung
·        Gagal jantung
·        Hiperglisemia
·        Hiperinsulinemia
·        Neonatal :
·        Takikardi
·        Hipokalsemia
·        Hiperbilirubinemia
·        Hipoglikemi
·        Hipotensi
·        Aritmia

OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID SEBAGAI TOKOLITIK
Farmakokinetik
OAINS bekerja primer sebagai penghambat cyclooxygenase. Indomethacin adalah obat dari golongan ini yang memiliki potensi untuk digunakan sebagai tokolitik. Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin.
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
Indomethacin dapat dapat diberikan peroral atau peranal, dosis yang digunakan sebagai terapi pada persalinan prematur adalah 150-300 mg/hari, dengan dosis awal adalah 100-200 mg peranal atau 50-100 mg peroral dan kemudian 25-50 mg setiap 4-6 jam. Setelah pemberian dosis awal kadar optimal dicapai dalam 1-2 jam yang dapat dicapai oleh pemberian dengan cara peranal.
Indomethacin dikontraindikasikan untuk ibu-ibu yang menderita kerusakan ginjal, hati, asma, oligohidramnion, ulkus peptikum dan alergi.
Efek-efek Terhadap Ibu
Bila dibandingkan dengan magnesium sulfat atau ritodrin, efek samping maternal indomethacin lebih minimal dan jarang terjadi. Kemungkinan efek yang paling sering terjadi adalah iritasi gastrointestinal termasuk mual, sakit lambung, heartburn, dan muntah yang berkaitan dengan terapi oral obat ini. Antasida dapat membantu bila gejala-gejala ini terjadi. Akan tetapi, kebanyakan pasien dapat mentoleransi indomethacin oral dan hanya mengalami sedikit efek samping.
Efek Terhadap Janin dan Neonatus
Indomethacin telah ditemukan berkaitan dengan adanya morbiditas pada bayi baru lahir, terutama jika terapi tokolitik tidak berhasil dan bayi dilahirkan prematur atau obat digunakan lebih dari 2 hari. Laporan-laporan ini dan lainnya menunjukkan bahwa bila terapi indomethacin ini melebihi 48 jam, maka terjadi peningkatan resiko bagi neonatus untuk mengalami enterokolitis nekrotikans, perdarahan intraventrikuler, peningkatan resiko displasia bronkhopulmoner, gagal napas, disfungsi ginjal, dan insiden yang lebih tinggi untuk terjadinya penutupan duktus arteriosus yang dini akibat indomethacin setelah lahir. Konstriksi duktus arteriosus, oligohidramnion, merupakan efek samping yang paling serius berkaitan dengan penggunaan obat ini.
OAINS Lain Sebagai Tokolitik
Seperti yang kita ketahui OAINS bekerja primer sebagai penghambat cyclooxygenase (COX) yang mempunyai 2 tipe yaitu COX-1 dan COX-2. Indomethacin adalah OAINS yang bekerja pada kedua tipe ini.
Pada manusia peningkatan kadar COX tipe 2 diyakini lebih bermakna terhadap terjadinya persalinan prematur dibanding COX tipe 1. Contoh obat-obat yang dapat digunakan sebagai tokolitik dari golongan ini adalah Nimesulid dan Celecoxib.
Nimesulid dapat dipakai sebagai tokolitik tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal stadium akhir pada manusia sehingga hal inilah yang membatasi penggunaannya.
Sedangkan celecoxib dengan dosis 50, 10, 1 mg/kgbb dapat digunakan sebagai tokolitik yang dapat menunda persalinan dibandingkan tanpa celecoxib dengan efek samping penutupan dini dari duktus arteriosus yang lebih kecil dibanding indomethacin.

MAGNESIUM SULFAT (MgSO4) SEBAGAI TOKOLITIK
MgSO4 sudah lama dikenal dan dipakai sebagai anti kejang pada penderita preeklamsia sebagai anti kejang yang juga bersifat sebagai tokolitik.
Obat ini dipakai sebagai obat tokolitik utama karena murah, mudah cara pemakaiannya dan resiko terhadap sistem kardiovaskuler yang rendah serta hanya menghasilkan efek samping yang minimal terhadap ibu, janin dan neonatal.
Farmakokinetik
Jumlah total magnesium dalam tubuh manusia adalah 24gr yang sebagian besar terdapat pada tulang dan ruang intraseluler dan hanya 1% pada ekstraseluler. Konsentrasi magnesium pada serum wanita normal berkisar antara 1,83 mEq/l dan turun menjadi 1,39 mEq/l pada wanita hamil.
Magnesium dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal oleh karena itu konsentrasi magnesium plasma ditentukan oleh jumlah pemberian melalui infus dan kecepatan filtrasi glomerulus.
MgSO4 mempunyai dua cara yang memungkinkannya bekerja sebagai tokolitik yang pertama peningkatan kadar MgSO4 menurunkan pelepasan asetilkolin oleh motor and plates pada neuromuskular junction sehingga mencegah masuknya kalsium, cara yang kedua MgSO4 berperan sebagai antagonis kalsium pada sel dan ekstrasel.
Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik
Intoksikasi MgSO4 dapat dihindari dengan memastikan bahwa pengeluaran urin memadai, refleks patella ada dan tidak ada depresi pernapasan.
Refleks patella menghilang pada kadar 10 mEq/l (antara 9-13 mg/dl) dan pada kadar plasma lebih dari 10 mEq/l akan timbul depresi pernapasan dan henti napas dapat terjadi pada kadar plasma 12 mEq/l atau lebih. MgSO4 sebagai terapi tokolitik dimulai dengan dosis awal 4-6 gr secara intravana yang diberikan selama 15-30 menit dan diikuti dengan dosis 2-4 gr/jam selama 24 jam selama terapi tokolitik dilakukan konsentrasi serum ibu biasanya dipelihara antara 4-9 mg/dl.
Untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya intoksikasi seperti hal di atas maka perlunya disediakan kalsium glukonas 1 gr sebagai anti dotum dari MgSO4.
Efek Terhadap Ibu
Komplikasi yang terlihat berupa edema pulmonal, nyeri dada, nausea berat atau kemerahan, mengantuk, dan pandangan kabur. Namun, secara keseluruhan, efek samping terhadap ibu jarang terjadi.
Efek samping yang paling signifikan dari terapi magnesium sulfat adalah berkembangnya edema pulmonal
Efek Terhadap Janin dan Neonatus
Sebagian besar, penggunaan terapi infus magnesium sulfat intravena hanya memiliki resiko yang sedikit terhadap janin dan neonatus.
Terapi tokolitik magnesium sulfat terbukti aman dan bermanfaat terhadap janin dan ibu. Namun, perubahan tulang yang terlihat melalui rontgen terlihat pada neonatus dari pasien yang menerima infus magnesium sulfat jangka panjang (lebih dari 1 minggu). Perubahan-perubahan ini termasuk abnormalitas tulang secara radiografi seperti perubahan dari tulang panjang, penipisan tulang parietal, dan mineralisasi tulang yang abnormal 

ANTAGONIS OKSITOSIN SEBAGAI TOKOLITIK
Antagonis oksitosin salah satu contohnya adalah atosiban dapat menjadi obat tokolitik di masa depan.
Obat ini merupakan alternatif menarik terhadap obat-obat tokolitik saat ini karena spesifisitasnya yang tinggi dan kurangnya efek samping terhadap ibu, janin atau neonatus.
Atosiban adalah obat sintetik baru pada golongan obat ini dan telah mendapat izin penggunaannya sebagai tokolitik di Eropa.
Atosiban menghasilkan efek tokolitik dengan melekat secara kompetitif dan memblok reseptor oksitosin. 
Farmakologi Atosiban
Atosiban ({1-deamino-2-D-Tyr(Oet)-4-Thr-8-Orn}-oxytosin) adalah antagonis reseptor oksitosin, yang dikembangkan untuk terapi persalinan prematur. Atosiban merupakan antagonis kompetitif dari oksitosin yang menghambat oksitosin menginduksi terjadinya kontraksi uterus.
Keefektifan Atosiban sebagai Tokolitik
Dosis yang diberikan dan jadwal pemberian adalah sebagai berikut: dosis pertama bolus 6,75 mg atosiban selama lebih dari 1 menit, dilajutkan infus 18 mg/jam selama 3 jam dan 6mg/jam selama 45 jam. Lama pemberian tidak boleh melebihi 48 jam, dan total dosis pemberian tidak melebihi 330 mg. 
Efek Samping
Efek samping yang dilaporkan sampai saat ini dan telah dibandingkan dengan golongan beta agonis seperti nyeri dada, palpitasi, takikardi, hipotensi, dyspneu, mual, muntah dan sakit kepala serta satu kasus dengan edema pulmonum yang mana wanita tersebut juga mendapat terapi tokolitik salbutamol selama 7 hari dibandingkan dengan grup β agonis terdapat 2 orang yang menderita edema pulmonum

Gangguan Kepribadian

Kamis, 14 Februari 2013



BAB I

PENDAHULUAN

           

I.1   Latar Belakang

Kita semua memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih sosial. Beberapa dari kita tipe pengikut, yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain, sementara yang lain menghindari insiatif social karena takut dikecewakan. Saat pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan distress personal yang signifikan atau mengganggu fungsi social dan pekerjaan, maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian. (1)  
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng lain untuk memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya.
Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.
Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat pada dirinya. Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Individu dengan gangguan kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka, mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan. (1)  
 Berdasarkan DSM-IV gangguan kepribadian dibagi kedalam 3 kelompok besar yaitu:
1.      Kelompok A
Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, skizoid, dan skizopital. Individu pada ketiga gangguan ini menampilkan perilaku yang relatif sama yaitu eksentrik dan aneh.
2.      Kelompok B
Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial,boderline,histrionik, dan narsistik. Individu pada gangguan tersebut manampakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan,emosional, dan aneh.
3.      Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesif-kompulsif. Individu dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan.
Gangguan kepribadian yang ada diatas akan dijelaskan lebih lanjut satu persatu pada bab pembahasan.

 

BAB II

PEMBAHASAN


II.1   Definisi Kepribadian

          Kepribadian dapat didefinisikan sebagai totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan. Kepribadian meliputi segala, corak perilaku manusia yang terhimpun dalam dirinya, dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap rangsang baik yang datang dari lingkungannya (“dunia luarnya”) maupun yang berasal dari dirinya sendiri (“dunia dalamnya”), sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu. Kepribadian berkembang menuju ke kematangan badani, emosional, intelektual, sosial, kultural dan spiritual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor badani (keturunan, susunan saraf, hormonal, imunologis), emosional (mekanisme penyesuaian diri) sosial (hubungan antar manusia, adat-istiadat, kultural) dan spiritual (kpercayaan) serta intelektual (taraf intelegensi). (2)

II.2   Topografi Kepribadian

Sigmeud Freud (1900) membagi psiko atas tiga sistem :
1.        Alam bawah sadar (unconscious)
2.        Alam prasadar (preconscious)
3.        Alam Sadar (conscious)
Ketiga sistem ini saling berhubungan secara langsung. (3)
1.        Alam bawah sadar (unconscious) terdiri atas dorongan instinktual yang berusaha untuk mengadakan pelepasan muatan (discharge) dan hal-hal yang tidak disadari atau tidak diingat lagi oleh individu tersebut. elemen yang terdapat ada sistem alam bawah sadar tersebut ditandai sebagai berikut:
a.    Elemen tersebut tidak dapat mencapai daerah sadar (conscious) kecuali melalui daerah prasadar (pra conscious)
b.    Proses berfikir primer ( primer process thinking ) yaitu cara berfikir yang bertujuan untuk memenuhi atau mengabulkan tercapainya keinginan atau discharge dari dorongan-dorongan instinktual tanpa adanya penundaan dan tanpa memperdulikan faktor realitas. terlihat proses primer ini bersifat primitif,tidak rasional dan didominasi oleh emosi serta menuntut kepuasan secara primer didapati pada bayi, dalam mimpi sewaktu berfantasi, penderita psikosa,dll
c.    Ingatan (memory) dalam bawah sadar,tidak lagi mempunyai koneksi dengan realita dan pernytaan secara verbal,tapi bila ada kata-kata yang dipergunakan dan kebetulan berkenaan,atau berhubungan dengan memory yang terlupakan tersebut, maka dapat teringat kembali (menjadi sadar) bahan-bahan yang pernah terpendam dapat dikeluarkan dari alam tak sadar ke alam sadar, hanya bila sensor itu dibuat tidak berdaya ( seperti pada pembentukan gejala neurotik ), santai (seperti dalam keadaan mimpi) atau dikelabui (seperti dalam lelucon)
d.   Isi dari bawah sadar terbatas pada keinginan untuk mencapai kepuasan, dimana keinginan merupakan daya motif untuk mencapai mimpi atau untuk pembentukan simptoms neurotik. Isi alam bawah sadar terbatas pada hasrat yang mencari kepuasan dan yang menyediakan daya penggerak untuk pembentukan impian. Alam tak sadar sangat erat hubungannya dengan naluri karena mengandung hasrat, terutama yang bersangkutan dengan naluri seksual.
Alam bawah sadar, terdapat pada id, super ego dan ego dimana pada alam bawah sadar dari ego dihasilkan mekanisme pertahanan ego dan juga pembentukan simptom.
2.        Alam Prasadar (Preconscious), alam ini merupakan pintu masuk ke dalam daerah sadar maupun ke daerah bawah sadar, elemen yang terdapat pada alam bawah sadar dapat kenbali menjadi daaerah sadar hanya bila terjadi hubungan kata-kata atau kalimat yang berkenaan dengan memory atau ingatan tersebut, jadi dengan melakukan konsentrasi dan usaha untuk mengingat hal-hal yang terlupakan tersebut barulah ingatan tadi dapat mencapai prasadar, aktifitas mental yang bekerja pada daerah prasadar adalah berfikir secara proses sekunder (secondary process thinking). Berfikir secara proses sekunder bertujuan untuk menghindari ketidakpuasan, dapat menangguhkan discharge dari instink dan memperhatikan serta mempertimbangkan realitas eksternal, rasional, dan sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Alam prasadar belum ada pada waktu lahir.
Prasadar pada dasarnya adalah alam bawah sadar yang mudah direcall menjadi alam sadar.
3.    Alam Sadar (conscious) terdiri atas persepsi yang menerima stimuli dari luar (eksternal) dan bagian dari kehidupan mental yang disadari oleh individu, jadi hal hal yang dapat diingat individu atau yang disadarinya pada setiap waktu. Selain itu juga alam sadar bertugas untuk menjajaki alam prasadar dan mengarahkan perhatian terhadap alam pra sadar oleh karena alam prasadar mudah menjadi alam sadar, dan hal ini disebut sebagai “attention cathexis”. sedangkan proses alam prasadar mudah menjadi alam sadar disebut sebagai proses “hipercathexis”. Bagian terbesar dari alam sadar terdapat pada ego dan sisa lainnya terdapat pada superego.

 

II.3   Struktur Kepribadian

            Ditinjau dari sudut struktur, Freud membagi jiwa menjadi 3 bagian yaitu id, ego dan super ego. (3,1)
1.        Id adalah tempat dorongan naluri (instink) dan berada dibawa pengawasan proses primer. karena itu ada id bekerja sesuai dengan prinsip kenikmatan tanpa memperdulikan kenyataan. seorang bayi pada waktu lahir mempunyai id, ia tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat,mengawasi atau memodifikasi dorongan nalurinya,karena itu ia sangat tergantung ide orang lain dan lingkungannya.
2.        Ego memiliki semua ketiga dimensi topografi kesadaran, prasadar dan bawah sadar. pikiran logika dan abstrak serta ekspresi verbal adalah hubungan antara fungsi kesadaran dan prasadar dari ego. mekanisme pertahanan tetap dalam bagian yang tidak disadari dari ego. ego merupakan organ pelaksana eksekutif dari jiwa dan mengontrol pergerakan, persepsi,kontak dengan kenyataan, dan melalui mekanisme pertahanan yang ada, memperlambat dan memodifikasi dorongan ekspresi. Freud percaya bahwa modifikasi ide terjadi sebagai akibat efek dunia eksternal pada dorongan. Tekanan kenyataan eksternal memungkinakan ego menyesuaikan energinya dengan ide untuk melakukan kerja itu. Saat ego membawa pengaruh dari dunia luar untuk menunjang ego secara bersama,ego menggantikan prinsip kenyataan dengan prinsip kesenangan. fareud menyadari peranan konflik dalam model struktural dan mengamati bahwa konflik pada awalnya adalah antara ide dan dunia luar, hanya kemudian ditransformasikan ke konflik antara ide dan ego. ego bekerja sesuai prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaaan dari ego,yang meliputi:
a.      Salah pindah (diplacement)
merupakan mekanisme melepaskan pelepasan yang terkekang, biasanya permusuhanpada objek yang tidak begitu berbahaya, seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.
b.      Rasionalisasi
suatu bentuk usaha untuk membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat dibenarkan sehingga dapat disetujui diri sendiri dan masyarakat.
c.       Penyangkalan
bentuk perlindungan untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, seringbdengan cara melarikan diri, seperti menjadi “sakit” atau kesibukan dengan hal-hal lain.
d.      Regresi
suatu mekanisme mundur ketingkat yang kurang matang dengan respon yang kurang matang dan biasanya juga dengan aspirai yang kurang
e.       Represi
suatu bentuk usaha mendorong pikiran yang menyakitkan  atau berbahaya masuk ke alam sadar
f.       Identifikasi
suatu bentuk penambahan rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang atau hal yang dikagumi
g.      Fantasi
suatu bentuk pemuasan diri yang terhalang dengan prestasi dalam khantasi khayalan. fantasi terbagi menjadi dua,yaitu: fantasi produktif dan nonproduktif. dimana fantasi prduktif  dapat dipakai secara konstruktif  untuk mempertahankan motifasi dan untuk menyelesaikan masalah segera sedangkan fantasi non produktif hanya merupakan khayalan pemuasan kebutuhan, tetapi tidak merangsangdan tidak menaikkan prestasi.
h.      Introyeksi
suatu bentuk penyatuan untuk menyatukan nilai dan norma dengan struktur egonya sehingga indvidu tidak bergantung pada belas kasihan dari luar yang dirasakan sebagai ancaman.
i.        Proyeksi
suatu bentuk mekanisme yang menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.
j.        Sublimasi
suatu bentuk mekanisme seseorang dalam mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan seksual dalam kegiatan nonseksual
k.      Penyusunan reaksi
suatu bentuk mekanisme seseorang untuk mencegah keinginan, bila diekspresikan, yaitu dengan melebih- lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai “rintangan”
l.        Penyekatan emosional
merupakan bentuk mekanisme mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk melindungi diri sendiri dari rasa sakit
m.    Pelepasan (undowing) atau penebusan
merupakan suatu mekanisme dengan meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecendrungan atau tindakan yang tidak disetujui. Meminta maaf, menyesali, memberi silihan atau melakukan penitensi dan menjalani hukuman dimana merupakan suatu bentukn pelepasan atau penebusan
n.      Isolasi ( intelektualisasi, disosiasi )
suatu bentuk mekanisme pemutusan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan sikap- sikap yang bertentangan.
o.      Simpatisme
adalah usaha untuk mendapatkan simpati dengan cara menceritakan“berbagai kesukarannya”, dengan demikian dapat menyokong rasa harga diri meskipun gagal dalam suatu usaha
p.      Pemeranan
adalah suatu meknisme dalam mengurangi kecemasan terhadap berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya.
q.       Kompensasi
adalah suatu mekanisme dalam menutupi suatu kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara berlebihandalam satu bidang, karena mengalami frustasi dalam bidang lain.
            Freud menganggap bahwa kemampuan ego untuk mempertahankan hubungan dengan dunia luar termasuk dalam fungsi utama. hubungan ini ditandai dengan sifat- sifat, yaitu: rasa kenyataan ( sense of reality) ,uji kenyataan (reality testing ) dan penyesuaian atau adaptasi pada kenyataan.
3.        Superego merupakan komponen ketiga dari struktural kepribadian. Superego berperan untuk menegakkan dan mempertahankan keasadaran moral seseorang atas dasar kompleks sistem ideal dan nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orangtua. Freud, memandang superego sebagai pewaris kompleks Oedipus, dengan kata lain seorang anak menginternalisasikan nilai-nilai dan standart dari orangtuanya diusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Superego selanjutnya berfungsi sebagai suatu agen yang memungkinkan meneliti dengan cermat tentang perilaku pikiran dan perasaan seseorang. Bekerjanya Superego biasanya tidak sadar, dalam hal ini,superego merupakan kekuatan penghambat yang mengimbangi ide. Dalam keadaan sadar, superego dianggap sebagai suara hati nurani atau sebagai kepribadian yang menginginkan tindakan kejujuran, mulia dan mematuhi peraturan yang ada.
Bila ego tidak tumbuh baik sebagai penengah antara id dan superego,maka ia akan mengalami kesulitan dalam hubungan antar manusia dengan dirinya, bila superego terlalu penuh dengan batasan- batasan atau restriksi, maka individu tersebut akan tertekan dan tidak merasa bahagia,melainkan dapat dikejar-kejar perasaan berdosa. sebaliknya, bila id tidak dikendalikan lagi, maka akan terjadi tindakan-tindakan.

II.4 Kriteria Gangguan Keribadian

Pedoman diagnostik gangguan kepribadian menurut PPDGJ III, meliputi :
·         Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat (gross brain damage or disease), atau gangguan jiwa lain
·         Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berfikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain
·         Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas pada episode gangguan jiwa
·         Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (“mendalam”) dan maladaptif yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas
·         Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut pada usia dewasa
·         Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut
·         Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan masalah- masalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial (6)

II.5   Penggolongan Gangguan Kepribadian (1)   

II.5.1   Kelompok A

Terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal. Individu pada ketiga gangguan ini menampilkan perilaku ynag relative sama yaitu eksentrik dan aneh.

II.5.1.1   Gangguan Kepribadian Paranoid

            Individu dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada orang-orang di lingkungan sekitarnya. Mereka seringkali sangat sensitive, mudah marah, dan menunjukkan sikap bermusuhan.
            Salah satu faktor penting dalam gangguan kepribadian paranoid adalah adanya kecenderungan yang tidak beralasan (gangguan ini biasanya dimulai sejak masa dewasa awal dan tampak pada berbagai situasi dan kondisi) untuk menganggap perilaku orang lain sebagai merendahkan dan mengancam diri mereka.
            Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara emosional dan menjaga jarak dengan orang lain. Dalam situasi sosial, individu dengan gangguan ini tampak efisien, praktis, dan cekatan, namun mereka seringkali menjadi pemicu dari timbulnya masalah konflik dengan lingkungan.
            Individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki gangguan ini sepanjang hidup mereka. Beberapa di antara mereka menunjukkan gangguan ini sebagai pertanda awal sebelum akhirnya mereka menderita skizofrenia.
Contoh kasus :
Seorang wanita, berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putrid dikeluhkan oleh suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya. Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain. Keluarganya dan keluarga suami sudah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya selama ini tetap setia, namun sulit sekali untuk diterima oleh sang istri. Tetangga sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai kadangkala suami tidak berani bartegur sapa dengan para tetangga. (sumber: kasus pribadi).
Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidakpercayaan pasien.
b.      Farmakoterapi. Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide (Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.

II.5.1.2   Gangguan Kepribadian Skizoid

            Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya menampilkan perilaku atau pola menarik diri dan biasanya telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Mereka merasa tidak nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain, cenderung introvert, dan afek mereka pun terbatas.
            Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya memberikan tampilan bahwa mereka “dingin” dan penyendiri. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kebutuhan yang sangat rendah untuk berhubungan secara emosional dengan orang lain.
            Kehidupan individu dengan gangguan ini biasanya diwarnai dengan kegemaran pada aktifitas yang tidak melibatkan orang lain (aktifitas mandiri) dan berhasil pada bidang-bidang yang tidak melibatkan persaingan dengan orang lain.
            Kehidupan seksual mereka biasanya hanya sebatas fantasi dan mereka sedapat mungkin berusaha menunda kematangan seksualnya. Kaum pria biasanya tidak menikah karena mereka tidak dapat melakukan hubungan yang intim dan kaum wanita biasanya secara pasif akan menyetujui untuk menikah dengan kaum pria yang agresif dan sangat menginginkan mereka menikah dengannya.
            Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya mengalami kesulitan untuk mengekspresikan kemarahannya. Mereka menyalurkan energi afektifnya (misalnya kemarahan) kepada bidang-bidang yang tidak melibatkan orang lain.
            Walaupun individu ini sangat penyendiri dan memiliki impian-impian atau fantasi, namun tidak berarti bahwa individu dengan gangguan ini mengalami masalah kontak realitas. Mereka tetap mampu membedakan antara realitas dan fantasi atau impian.
               Sejauh ini diketahui bahwa gangguan kepribadian schizoid terjadi pada 7,5 persen populasi pada umumnya. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan juga tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan sekitar 2 : 1 (laki-laki : perempuan).
            Awal munculnya gangguan ini biasanya pada masa kanak-kanak awal. Biasanya berlangsung dalam jangka waktu yang lama walaupun belum tentu seumur hidup mereka. Jumlah individu dengan gangguan ini yang kemudian menjadi penderita skizofrenia, belum diketahui secara pasti.


Contoh kasus :
John seorang pensiunan berusia 50 tahun, mencari penanganan selama beberapa minggu setelah anjingnya tertabrak dan mati. John merasa sedih dan lelah. Ia menjadi sulit berkonssentrasi dan sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih senang sendirian, membatasi kontak dengan orang lain dan hanya mengatakan “halo” dan “apa kabar?” sambil terus berlalu. Ia merasa percakapan social hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung bila ada prang lain yang mencoba membina persahabatan dengannya. Meski ia hobi membaca surat kabar dan tetap mengikuti perkembangan dari peristiwa terkini, ia tidak memiliki minat yang nyata terhadap manusia. Ia bekerja sebagai penjaga keamanan dan digambarkan rekan kerjanya sebagai “penyendiri” dan “ikan yang dingin”. Satu-satunya hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya, kerena ia merasa dapat berbagi perasaan yang lebih sensitif dan lebih hangat daripada ia berbagi dengan orang lain. Saat natal ia akan bertukar kado dengan anjingnya, membeli hadiah untuk anjingnya dan membungkus sebotol scoth untuk dirinya sendiri sebagai hadiah dari binatang tersebut. Satu-satunya peristiwa yang membuatnya sedih adalah saat ia kehilangan anjingnya. Sebaliknya, kehilangan orang tua nya tidak mampu membangkitkan suatu respon emosional. Ia merasa dirinya berbeda dari orang lain dan bingung dengan adanya emosionalitas yang ia lihat pada orang lain. (7)

Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadian skizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial.
b.      Farmakoterapi. Dengan antipsikotik dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.

II.5.1.3   Gangguan Kepribadian Skizotipal

            Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya tampak aneh secara sangat mencolok. Mereka memiliki pemikiran yang ajaib (magical), ide-ide yang ganjil, ilusi dan derealisasi yang biasa mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Kadangkala isi pikiran mereka dipenuhi oleh fantasi yang berkaitan dengan ketakutan dan fantasi yang biasanya hanya muncul pada masa kanak-kanak.
            Individu dengan gangguan ini mengalami masalah dalam berpikir dan berkomunikasi. Mereka sensitive terhadap perasaan atau reaksi orang lain terhadap dirinya, terutama reaksi yang negative seperti rasa marah atau tidak senang. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadangkala bertingkah laku aneh sehingga akhirnya mereka seringkali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.
            Individu dengan gangguan skizotipal kadangkala juga menampilkan gejala yang ditampilkan oleh individu dengan gangguan kepribadian borderline. Apabila hal ini terjadi, terapis boleh sekaligus mendiagnosis individu tersebut dengan 2 diagnosis, skizotipal dan borderline. Kadangkala terapis harus lebih berhati-hati karena apabila individu dengan skizotipal berada di bawah tekanan, mereka dapat menampilkan tingkah laku psikotik dan tampak seperti penderita skizofrenia, hanya bedanya pada individu ini gejala psikotik tersebut hanya tampak dalam waktu yang singkat dan segera menghilang. Jadi harus berhati-hati, jangan langsung memberikan diagnosis skizofrenia karena mungkin saja ternyata lebih sesuai dengan skizotipal.
            Gangguan kepribadian skizotipal ini lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita skizofrenia dan di antara kembar satu telur bila dibandingkan dengan kembar dari dua telur (33 persen vs 4 persen).
            Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 10 persen dari individu dengan kepribadian skizotipal pernah merencanakan untuk bunuh diri. Kepribadian skizotipal adalah titik awal yang memungkinkan seorang individu menderita skizofrenia.
banyak klinisi yang berhati-hati dalam mendiagnosis gangguan kepribadian seseorang dengan penyakit seperti gangguan skizophrenia dan skizoaffective, banyak pasien, khususnya individu yang distabilkan secara psikis yang tinggal dalam komunitas, telah melakukan coping dan model interpersonal yang dapat dikonseptualkan sebagai ‘kepribadian’. Hal ini dikuatkan oleh penelitan kami sebelumnya, yang menunjukkan bahwa trait kepribadian, seperti yang diukur oleh NEO Personality Inventory (NEO-PI), diantara pasien dengan gangguan skizoaffective dan skizofrenia, cenderung stabil dan bebas dari simptom psikotik rata-rata lebih dari 6 bulan, simptom psikotiknya stabil dan bebas selama interval waktu 6 bulan, bahkan ketika simptom psikiatrinya beragam. Sementara NEO-PI tidak di validkan dalam melakukan assessment variable kepribadian pada individu yang penyakit jiwa, penelitian awal kami pada 21 paseien menunjukkan bahwa traits kepribadian itu dapat diukur, stabil dalam waktu yang singkat dan secara klinis relevan dengan populasi skizophrenic. Pada sample kecil ini, korelasi test-retest antara domain kepribadian menunjukkan korelasi atas ke empat domain yang kesemuanya lebih besar dari 0,84, yang menunjukkan stabilitas domain selama interval waktu yang diukur. Skor domain juga menunjukkan korelasi yang signifikan dengan tingkat fungsi, khususnya yang berhubungan dengan jumlah kontak sosial. (Jurnal Psychology: The relationship between personality and quality of life in persons with schizoaffective disorder and schizoprenia, 1997)
Contoh kasus :
Seorang laki-laki, berusia 35 tahun yang nyaris tidak pernah bekerja dan mengalami defisiensi vitamin yang parah. Kondisi itu terjadi karena dia tidak mau memakan makanan apapun yang menurutnya sudah terkontaminasi oleh mesin-mesin. Dia mulai membentuk pemikiran tentang diet semacam itu pada usia sekitar 20 tahun, dan tidak lama kemudian dia pergi meninggalkan keluarganya dan mulai mempelajari suatu kepercayaan tertentu yang menurutnya mampu membuka “ mata ketiga-nya”. Saat ini dia hidup seorang diri di sebuah perkebunan mungil dan menenan sendiri berbagai makanan untuk dirinya. Dia menghabiskan sepanjang harinya untuk melakukan penelitian berkaitan dengan mekanisme kontaminasi pada makanan. Selain itu, dia pun memiliki pengikut yang berpikiran sama dengan dirinya. Dia tidak pernah menikah dan sangat jarang berhubungan dengan keluarganya. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah dekat dengan ayahnya karena dia seorang vegetarian. (sumber: Barlow & Durand, 1995).
Treatment yang dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock : 253) (4):
a.      Psikoterapi. Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek religius yang aneh dan okultis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka.
b.      Farmakoterapi. Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, waham dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan bersama-sama psikoterapi. Penggunaan holoperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada beberapa kasus, dan antidepresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari kepribadian.

II.5.2   Kelompok B

            Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik, dan narsistik. Individu pada gangguan tersebut menampakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan, emosional, dan aneh (tidak menentu).

II.5.2.1   Gangguan Kepribadian Antisosial

Individu dengan gangguan kepribadian antisosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku kriminal atau antisosial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan melakukan kriminalitas. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidakmampuan individu untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada selama perkembangan masa remaja dan dewasa.
Individu dengan kepribadian antisosial biasanya mampu menampilkan tingkah laku yang menewan, memiliki kemampuan verbal yang baik, bahkan mampu menarik perhatian lawan jenis dengan perilakunya yang pandai merayu. Di sisi lain, individu yang sejenis seringkali menganggap perilaku individu dengan gangguan ini sebagai manipulatif dan terlalu menuntut.
Walaupun penampilan luarnya tampak positif, apabila terapis menelusuri riwayat kehidupannya, biasanya dipenuhi dengan perilaku berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, pemakaian obat-obatan, dan berbagai aktivitas ilegal lainnya yang biasanya telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Mereka tidak dapat dipercaya dan tidak memiliki tanggung jawab, oleh karena itu setelah dewasa individu dengan kepribadian antisosial biasanya berkaitan dengan kasus penyikasaan pada pasangan hidup, pada anak, pelacuran, dan mengandarai dalam keadaan mabuk.
Kepribadian ini lebih tampak pada daerah miskin. Usia kemunculan gannguan ini adalah sebelum usia 15 tahun. Perempuan biasanya menampakkan gejala ini sebelum masa pubertas dan pada anak laki-laki bahkan sebelumnya. Pada populasi  di penjara, prevelensi individu yang memiliki kepribadian antisosial mencapai 75 persen.
Gangguan kepribadian antisosial biasanya muncul pada masa remaja akhir. Prognosisnya bervariasi. Gangguan yang umum terjadi pada individu dengan kepribadian antisosial adalah gangguan depresi, gangguam alkohol, dan zat-zat tertentu (obat-obatan terlarang).
Contoh kasus:
Seorang sopir truk 21 tahun, berstatus duda, dirujuk untuk evaluasi kejiwaan setelah praperadilan karena tuduhan melakukan penyelundupan harta curian . Ia memiliki sejarah tindak pidana berulang, penjara, dan gangguan kejiwaan selama masa kanak-kanak dan remaja. Dia telah ditahan 4 minggu sebelumnya saat inspeksi jalan, didapatkan suku cadang kendaraan bermotor yang dicuri tersembunyi di antara karton bahan makanan. Sekitar 8 bulan sebelum penangkapannya yang terbaru, pasien tiba-tiba ditinggalkan istrinya ketika ia didapati sering main mata dengan pelanggan di toko sandwich tempatnya bekerja.
Pasien
merupakan  anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya seorang alkoholik, yang seringkali melakukan kekerasan padanya ketika mabuk, dan ibunya pengangguran, sementara dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan  keluarga sehari- hari. Selama masa kecil,  pasien telah dievaluasi dan secara singkat dirawat di pusat kesehatan mental masyarakat setelah ia tertangkap membakar gudang kosong. Selama masa remaja, ia telah menerima konseling dari seorang psikolog sekolah karena pola yang konsisten perilaku antisosial, termasuk pencurian mobil, joyriding, mengemudi dalam keadaan mabuk, mengemudi dengan pembolosan, lisensi ditangguhkan, dan mencuri uang dari ibunya. Sementara ia tumbuh dewasa, dia tidak memiliki persahabatan dekat, meskipun ia adalah anggota perangkat geng. Meskipun aktif secara seksual sejak usia muda dan bangga dengan kejantanan, dia curiga pada perempuan dan menjadi mudah bosan dengan pasangan yang sama.
Dalam wawancara itu, pasien tampak santai dan tenang, dengan ketenangan jelas yang kongruen dengan keseriusan situasinya. Dia membuat kontak mata dengan pewawancara tapi tampaknya melihat melalui pewawancara dan bukan padanya. Ia seringkali mengabaikan ucapan tetapi jelas dikomunikasikan untuk otoritas pewawancara. Tidak ada gangguan besar dalam pemikiran, persepsi, atau suasana hati, dengan pengecualian kurangnya penyesalan atau kecemasan ketika ia berhadapan dengan pola seumur hidup perilaku merusak dan keseriusan dari tuduhan saat ini diajukan terhadap dia (10).

Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Jika pasien merasa bahwa mereka berada diantara teman-teman sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
b.      Farmakoterapi. Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul, seperti kecemasan, penyerangan dan depresi. Tetapi, karena pasien seringkali merupakan penyalahguna zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti-bukti adanya gangguan defisit-atensi / hiperaktivitas, psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin), bisa digunakan.

II.5.2.2   Gangguan Kepribadian Borderline

Gangguan kepribadian borderline berada di perbatasan antara gangguan neurotik dan psikotik dengan gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self-image yang sangat tidak stabil. Individu dengan gangguan kepribadian ini moodnya selalu berubah-ubah.
Tingkah laku dari individu dengan kepribadian borderline sangat tidak dapat diduga, akibatnya mereka jarang mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki (under-achiever). Mereka juga memiliki kecenderungan menyakiti diri sendiri (self-destrictive). Individu ini memiliki kemungkinan untuk mengiris pergelangan tangannya dan menampilkan berbagai self-mutilation (tindakan melukai diri sendiri, memotong)dengan tujuan mencari pertolongan dari orang lain, untuk mengekspresikan kemarahan mereka, atau mengumpulkan afek-afek yang mereka rasakan.
Individu dengan kepribadian borderline merasa bergantung pada orang lain, namun mereka juga memiliki perasaan bermusuhan terhadap orang lain. Individu dengan gangguan ini pun tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila sendirian. Ketika kesepian dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya untuk waktu yang singkat mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan teman, walaupun hanya sebatas teman duduk.
Diperkirakan gangguan ini muncul pada sekitar 1 atau 2 persen pada populasi umum. Gangguan kepribadian ini dua kali lebih banyak pada kaum perempuan ketimbang laki-laki.
Berdasarkan penelitian longitudinal diketahui bahwa individu dengan gangguan kepribadian borderline tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan kea rah gangguan skizofrenia, namun individu ini memiliki kecenderungan untuk mengalami episode  major depressive disorder.
Dalam praktek dan literatur klinis, pasien dengan BPD mempunyai reputasi yang berupa distorted thinking (pikiran yang menyimpang) yang panjang tentang apa yang terjadi dalam hubungan interpersonal mereka (Kernberg, 1985; Noy, 1982). Kroll (1982) menegaskan kecenderungan pasien ini mengarah ke persepsi global dengan kurangnya perhatian terhadap detail, perubahan makna, amnesia yang turun naik, dan deskripsi yang kontradiktif atau keliru mengenai suatu kejadian atau orang-orang. Pasien BPD seringkali dikarakteristikkan dengan adanya “splitting”, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengintegrasikan gambaran buruk atau baik tentang orang lain.
            Yang jelas, pasien BPD seringkali menggambarkan orang lain seakan-akan mereka percaya bahwa orang lain merupakan bentuk teladan yang sempurna atau sebaliknya merupakan perwujudan yang buruk dari sebuah bentuk kebencian. Mereka seringkali menggambarkan rangkaian interaksi dalam cara yang salah. Mereka sering menceritakan dugaan tentang kelakuan buruk orang lain dengan memperagakan secara sistematis perilaku provokatif mereka sebagai alasan potensial bagi mereka.
            Terapi harus membedakan apakan jenis perilaku ini menunjukkan defisit kognitif yang nyata, mekanisme pertahanan pada kejiwaan mereka, manipulasi bawah sadar atau manipulasi ketidaksengajaan tentang orang lain untuk tujuan yang tersembunyi atau merupakan kombinasi dari semua hal tersebut. Pertanyaan ini merupakan hal yang sangat penting bagi psikoterapis, jika distorsi terbukti sebagai sebuah  bentuk defisit dalam pemrosesan informasi, treatment haruslah sangat dipertimbangkan. Nyatanya, jika terdapat sejenis defisit neurologis permanen yang menyebabkan pasien BPD kekurangan kemampuan untuk membuat penilaian yang lebih realistik tentang lingkungan interpersonal mereka, maka psikoterapi mungkin tidak akan menjadi jalan yang efektif sama sekali. 
            Kesulitan utama yang mungkin menghalangi keakuratan pada assessment kemunculan distorsi pada pasien BPD adalah hampir tidak mungkinnya merancang metode yang reliable untuk defisiensi ketidakmampuan mental dari performance perilaku yang direncanakan yang berdasarkan pada motivasi psikologis interpersonal atau tujuan intrapsikis. Terapis tertentu mungkin akan melakukan kesalahan jika mereka tidak  mempunyai pengetahuan tentang motif yang mendasari beberapa perilaku yang ditunjukkan oleh individu. (Jurnal Psychology: Avoiding Patient Distortions in Psychotherapy with Borderline Personality Disorder Patients, 2004)
Contoh kasus:
Saya telah mengenal Claire selama lebih dari 25 tahun dan bersama-sama mengalami masa-masa yang menyenangkan, namun lebih banyak masa yang buruk ketika hidupnya sangat tidak menentu. Claire adalah seseorang yang mengalami gangguan borderline. Saya dan Claire biasanya berangkat bersama-sama sejak SMA, suatu saat saya menemukan bahwa rambutnya dipoong sangat pendek  dan tidak rapi, dan ketika saya menanyakan penyebabnya, dia menjawab bahwa semuanya berjalan dengan buruk dan kegiatan memotong rambut itu dapat menyenangkan dirinya.kemudian saya juga mengetahui bahwa sarung tangan panjang yang sering dikenakan Claire, ternyata untuk menutupi luka-luka sayatan yang  buat Claire pada lengannya. Claire menjadi teman pertama saya yang meroko dan menggunakan obat-obatan terlarang, teman pertama saya yang orang tuanya bercerai dan tidak lagi mempedulikan dirinya. Ayahnya seorang alkoholik yang sering memukuli dirinya dan ibunya. Claire memiliki prestasi akademik dan self-image  yang rendah. ia seringkali mengatankan dirinya bodoh dan buruk yang saat ini saya ketahui bahwa kedua hal itu tidak benar.selama saya mengenal dia, secara bekala dia “meninggalkan kota” tanpa sebab yang jelas. Saya mengetahui beberapa tahun kemudian bawa itu hanya alasan apabila dia hars dirawat di rumah sakit jiwa karena dia mengalami depresi dan ingin bunuh diri. Saya memang pernah mendengar Claire mengancam ingin bunuh diri, namun saat itu saya tidak mengetahui seberapa serius ancaman tersebut. Pada masa kuliah, Claire semakin tidak mudah  tebak. Pada suatu waktu dia bisa sangat marah pada kami dan mengatakan bahwa kami akn meninggalkannya dan da kami berjalan cepat agar tidak tampak bersama dirinya. Di waktu yang lain, dia tampak sangat putus asa dan ingin bersama-sama  dengan kami. Saya terus terang saya bingung dengan tingkah lakunya terhadap kami teman-temannya. Saat ini, Claire sudah berusia pertengahan 30an, saya mendenga dia suah menikah 2 kali. Pernikahan yang diawali penuh gairahan, namun berakhir dngan kekacauan karena Claire pada akhirnya kembali dirawat di rumah sakit jiwa. Saat ini, dia tidak lagi berhubungan dengan kedua mantan suaminya dan merasa hidupnya sudah mulai tenang baginya. Claire mengakui bahwa dia jarang merasa bahagia, namun dia merasa bahwa sudah lebih baik dan mampu bekerja dengan baik sebagai agen perjalanan. Dia beberapa kali mencoba unt uk berhubunganlagi dengan kaum pria, namun dia takut untuk menjalin hubungan yang lebih mendalam karena pengalaman terdahulu dengan para pria.



Treatment yang diberikan:
a.       Psikoterapi. Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar secaraa mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasiem gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadaap kritik dan penolakan.
Latihan keterampilan social, khususnya dengan video tape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku interpersonal mereka.
b.      Farmakoterapi. Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan memperrbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.

II.5.2.3   Gangguan Kepribadian Histrionik

Gangguan Kepribadian Histrionik ditandai dengan tingkah laku yang bersemangat (colorfull), dramatis atau suka menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.
Individu dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan. Mereka cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya.
Tingkah laku merayu (seduktif) umum terjadi baik pada kaum pria maupun wanita dengan gangguan ini. Mereka pun kadangkala memiliki fantasi-fantasi seksual dengan mereka akan berhubungan. Pada kenyataannya, individu dengan gangguan histrionik biasanya memiliki masalah atau ganggan disfungsi seksual, pada kaum wanita biasanya anorgasmik (masalah dalam orgasme) dan pada kaum prianya impoten. Mereka melakukan tingkah laku seduktif lebih karena ingin meyakinkan diri sendiri bahwa mereka menarik untuk lawan jenisnya.
Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah satu mekanisme pertahanan diri yang mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini dalam kondisi stress, kontak dengan realitas dapat terganggu.
Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak ditemukan pada perempuan ketimbang laki-laki. Kadangkala gangguan ini bersamaan dengan gangguan somatisasi dan penggunaan alkohol.
Dengan bertambahnya usia, biasanya gejala-gejala gangguan kepribadian histrionik ini akan menurun. Individu dengan gangguan ini biasanya dapat terlibat dengan masalah hukum, penggunaan zat, dan pelacuran karena mereka selalu memiliki tujuan untuk mencari dan mendapatkan perhatian dari lingkungan.
Contoh kasus:
Seorang wanita berusia sekitar 20-an tahun dan telah menikah serta memiliki seorang anak yang masih bayi. Dia dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah diperiksa ke dokter ternyata tidak di temuakan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan ayah dan ibunya. Seluruh keinginannya harus dipenuhi, cenderung ”bandel” namun sangat disayang oleh ayahnya. Sejak kecil, sang anak memang sering kali  terjatuh secara tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya semakin parah (sang anak menikah karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali sang anak pingsan. Apabila sedikit tersinggung biasanya akn langsung pingsan dan baru tidak lama kemudian membaik setelah orang-orang di sekitarnya tampak panik membantu dia.

Tritment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka yang sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner feeling) mereka adalah suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian histrionik.
b.      Farmakoterapi. Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

II.5.2.4   Gangguan Kepribadian Narsisistik

Individu dengan gangguan kepribadian narsisistik memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang penting serta individu yang unik. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh karena itu, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang lain.
Sikap mereka mengakibatkan hubungan yang mereka miliki biasanya rentan (mudah pecah) dan mereka dapat membuat orang lain sangat marah karena penolakan mereka untuk mengikuti aturan yang ada.
Individu dengan gangguan narsisistik tidak memiliki self-estem yang mantap dan mereka rentan mengalami depresi. Masalah-masalah yang biasanya muncul karena tingkah laku individu yang narsisistik misalnya sulit membina hubungan interpersonal, penolakan dari orang lain, kehilangan sesuatu atau masalah dalam pekerjaan.
Prevalensi mengalami peningkatan pada populasi dengan orang tua yang selalu menanamkan ide-ide kepada anaknya bahwa mereka cantik, berbakat, dan spesial secara berlebihan.
Gangguan kepribadian narsisistik merupakan gangguan yang kronis dan sulit untuk mendapat perawatan. Mereka biasanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa usia mereka bahwa sudah lanjut, mereka tetap menghargai kecantikan, kekuatan, dan usia muda secara tidak wajar. Oleh karena itu, mereka lebih sulit melewati krisis pada usia senja ketimbang individu lain pada umumnya.
Contoh kasus:
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis  mengenai baju setelan model terbaru yang dikenakannya dan juga sepatu barunya. David juga bertanya kepada terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani terpis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan dengan yang terbaik dibidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah seorang work-aholic, penuh dengan fantasi akan keberhasilannya sehingga tidak memiliki waktu untuk istrinya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit menghabiskn waktu bersama keluarganya. Tidak lama setelah dia memiliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan istrinya karena tidak lagi membutuhkan bantua ekonomi dari sang istri. Setelah perceraian tersebut, david memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan mengias apartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah.

Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heiz Kohut menganjurkan pemakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan.
b.      Farmakoterapi. Lithium (Eskalith) digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka antidepresan juga dapat digunakan.

II.5.3   Kelompok C

Terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesif-kompulsif. Individu dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan.

II.5.3.1   Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant)

Kunci dari individu dengan gangguan kepribadian menghindar adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga akhirnya yang tampak adalah tingkah laku menarik diri. Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan kemungkinan adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan, sehingga merasa enggan untuk menjalin hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia akan diterima.
Individu tersebut bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan kontak interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena sangat amat takut mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda lain dari kecemasan. Ia merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak berani mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.
Individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya tidak memiliki teman dekat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah malu-malu. Biasanya individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya memiliki sejarah fobia sosial atau malahan menjadi fobia sosial dalam perjalanan gangguannya.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria dari avoidant personality disorder adalah sebagai berikut:
  • Penghindaran terhadap kontak interpersonal karena takut kritik dan penolakan.
  • Ketidakmampuan untuk terlibat dengan orang lain kecuali ia merasa yakin akan disukai atau diterima.
  • Kekakuan dalam hubungan yang intim karena takut dipermalukan atau dicemooh.
  • Perhatian yang berlebihan terhadap kritik atau penolakan.
  • Perasaan tidak mampu.
  • Perasaan inferior.
  • Keengganan yang ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.
Contoh kasus :
Jane tumbuh dan dibesarkan oleh seoarang ibu yang merupakan pecandu alkohol dan sering kali melakukan penyiksaan terhadap jane baik secara fisik maupun verbal. Sejak kecil jane menganggap bahwa perilaku ibunya disebabkan karena dirinya sangat tidak berharga hingga layak diperlakukan seperti itu. Saat ini jane telah berusia akhir 20an tahun dan dia tetap berharap bahwa dirinya akan ditolak oleh orang lain, begitu orang lain menyadari bahwa dirinya tidak berharga atau buruk. Selain itu jane sangat kritis terhadap dirinya sendiri dan selalu meramalkan bahwa dirinya tidak akan dapat diterima oleh lingkungan. Dia selalu berfikir bahwa orang lain tidak akan menyukai dirinya, bahwa orang lain akan melihat dirinya sebagai pecundang dan dia tidak mungkin dapat melawan hal-hal itu.apabila seorang penjual koran tidak tersenyum pada jane, maka secara otomatis jane akan berfikir bahwa itu disebabkan karena dirinya tidak berharga dan tidak disukai oleh orang lain. Setelah itu dia akan merasa sangat sedih . bahkan ketika jane mendapatkan respon yang positif dari teman-temannya, dia tidak pernah memperdulikan hal itu. jane lebih terfokus pada pemikirannya sendiri. Oleh karena itu dia hanya memiliki sedikit teman dan tidak ada satupun yang dekat dengan dirinya (sumber: Barlow & Durand,1995).

Treatment yang dapat diberikan untuk penderita gangguan kepribadian avoidant (menghindar) yaitu :
a.       Psikoterapi. Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.
b.      Farmakoterapi. Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.

II.5.3.2   Gangguan Kepribadian Dependen

Individu dengan gangguan kepribadian dependen cenderung meminta orang lain untuk memikul tanggung jawab terhadap diri mereka, tidak percaya diri, merasa tidak nyaman apabila harus sendirian (walaupun dalam jangka waktu yang singkat). Mereka cenderung submisif atau patuh.
Individu dengan gangguan ini pun tidak mampu membuat suatu keputusan tanpa adanya nasehat, saran serta dukungan yang sangat banyak dari lingkungannya. Mereka berusaha menghindar dan tidak bersedia posisi yang sarat dengan tanggung jawab serta menjadi cemas apabila harus berperan sebagai pemimpin. Mereka lebih memilih menjadi individu yang submisif yang patuh dan mengikuti orang lain. Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian dependen
Individu dengan kepribadian dependen cenderung mengalami kesulitan dalam fungsi pekerjaan apabila mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan tidak disertai adanya pengawasan. Hubungan sosial yang mereka jalin terbatas hanya pada orang-orang dimana mereka dapat bergantung.
Menurut teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitif-behavioral mengemukakan bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat keputusan.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria gangguan kepribadian dependen yaitu sebagai berikut:
  • Kesulitan dalam mengambil keputusan tanpa nasihat dan dukungan yang berlebihan dari orang lain.
  • Kebutuhan terhadap orang lain untuk memikul tanggung jawab dalam hidupnya.
  • Kesulitan dalam mengatakan atau melakukan penolakan terhadap orang lain karena takut kehilangan dukungan dari orang lain.
  • Kesulitan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu sendiri karena kurang percaya diri.
  • Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan baginya sebagai cara untuk memperoleh penerimaan dan dukungan dari orang lain.
  • Perasaan tidak berdaya ketika sendiri karena kurang percaya pada kemampuan diri dalam menyelesaikan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
  • Segera mencari hubungan baru ketika hubungan yang sedang terjalin telah berakhir.
  • Sangat ketakutan untuk mengurus atau menjaga diri sendiri.
Contoh kasus:
Seorang laki-laki berusia sekitar 40th dan telah menikah datang dengan keluhan sulit untuk mengambil keputusan dan merasa tidak nyaman dengan jabatannya di perusahaan. Saat ini ia menjabat sebagai kepala administrasi. Jabatan sebelumnya adalah staf administrasi. Sebelumnya dia merasa nyaman karena hanya bekerja dibelakang meja dan menerima perintah dari atasan. Setelah dipromosikan, akhirnya dia menjadi seorang pemimpin dan harus mengambil keputusan. Biasanya dia akan langsung merasakan cemas hingga deg-degan apabila harus mengambil keputusan. Akhirnya dia menunda keputusan itu, namun kemudian menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan. Kondisi didalam keluarganya pun tidak jauh berbeda, seluruh keputusan diserahkan kepada istrinya, bahkan dia tidak pernah memilih atau membeli baju sendiri.selama bekerja dia selalu menghindar untuk pergi tugas keluar kota. Alasannya karena tidak ingin jauh dari istri dan yidak memungkinkan pula bagi istrinya untuk ikut pindah ke luar kota. Setelah ditelusuri diketahui bahwa ibunya telah meninggal dunia ketika remaja, padahal iu orang terdekat baginya. Sejak saat itu, ayahnya memegang peranan menentukan segala hal bagi dia, mulai dari memilih sekolah hingga pekerjaan. Walupun tidak suka, biasanya dia menuruti instruksi dari ayahnya.

Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Terapi gangguan kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan proses kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak kasus.
b.      Farmakoterapi. Pasien yang mengalami serangan panik atau memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin tertolong oleh imipramine (Tofranil). Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.

II.5.3.3   Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Obsessive-compulsive personality disorder, yaitu gangguan pada individu yang mempunyai gaya hidup yang perfeksionis.Gangguan ini ditandai dengan tingkah laku yang keras kepala, kebimbangan, sangat teratur, dan cenderung mengulang-ulang sesuatu hal. Kunci utama dari gangguan ini adalah kecenderungan perfeksionis dan tidak fleksibel yang sudah menetap pada diri individu. Sebagai contoh: individu dengan gangguan ini terus menerus mengecek seluruh kunci pintu di rumah karena mereka merasa takut pada pencuri, mencuci tangan terus-menerus kadangkala hingga kulit tangan menjadi luka.
Individu dengan obsessive-compulsive personality bersifat perfeksionis, sangat memperhatikan detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif sangat memperhatikan detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Ia lebih berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain itu, ia juga sangat sulit mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya. Biasanya ia memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik karena keras kepala dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum digunakan sebagai julukan bagi individu seperti itu adalah “control freak”. Individu dengan gangguan kepribadian ini pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel, terutama berkaitan dengan isu-isu moral. Ia tidak mampu membuang objek yang tidak berguna, walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, ia juga pelit atau kikir.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria obsesif-kompulsif  yaitu sebagai berikut: (9)
·         Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin utama suatu aktivitas terabaikan
·         Perfeksionis ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan
·         Menganut norma etik dan norma yang tinggi serta patuh secara berlebihan
·         Pengabdian berlebihan padaa pekerjaan hingga mengabaikaan kesenangan dan persahabatan
·         Tidak fleksibel
·         Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti
·         Kikir dan keras kepala
·         Bila dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah, benci, dan curiga terhadap atasannya.
Contoh kasus:
Samantha Hancox, 40 tahun, warga negara Inggris, meninggal karena ketakutan berlebihan terhadap bakteri. Selama 18 tahun terakhir, ia hanya sekali meninggalkan rumahnya karena takut terpapar bakteri. Dalam sehari, Hancox menghabiskan 20 jam untuk mandi dan membersihkan tubuhnya dari bakteri. Puncak ketakutannya terjadi saat ia takut bakteri akan menyebar melalui makanan dan minumannya. Akhirnya ia meninggal karena dehidrasi dan infeksi kulit (akibat terlalu sering menggosok tubuh). Rasa takut bisa berbahaya bila berlebihan.(8)



Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.       Psikoterapi. Tidak seperti gangguan kepribadian lainnya, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan ini. Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanya memberikan manfaat tertentu. Pada kedua konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka mencegah meningkatkan kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari strategi baru.
b.      Farmakoterapi. Clonazepam (Klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. Clomipramine (Anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif timbul.

II.5.4   Beberapa sudut pandang teoritis dalam membahas gangguan kepribadian

Berikut ini akan dijelaskan  5 buah sudut pandang teoritis untuk membahas penyebab gangguan kepribadian yang telah diuraikan diatas:
a.      Sudut pandang psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik berusaha mencari asal muasalnya gangguan kepribadian dari masa anak-anak. Adanya abuse atau penyiksaan dari orang tua pada masa anak-anak membuat pasien (individu dengan gangguan kepribadian) memandang seluruh lingkungannya sebagai mengancam dan jahat. Gangguan narsistik terbentuk sebagai mekanisme pertahanan diri dari individu dengan self esteem yang rendah dan dianggap sebagai akibat dari kegagalan orang tua untuk merespon anaknya dengan penghargaan, kehangatan, kasih sayang dan empati.
Pendekatan psikodinamika sering digunakan untuk menolong orang yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih sadar akan akar dari pola perilaku self-defeating mereka dan belajar cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain. Kemajuan dalam terapi dapat terhambat oleh kesulitan dalam bekerja secara terapeutik dengan orang yang menderita gangguan kepribadian.
Berdasarkan sudut pandang ini, penanganan bagi individu dengan gangguan kepribadian adalah dengan menemukan asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.
b.       Sudut pandang biologis
Sudut pandang ini melihat bahwa terjadinya gangguan kepribadian lebih karena faktor genetik, diturunkan dari
orang tuanya. Asumsi ini paling jelas ditunjukkan individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal. Selain itu ditemukan pula bahwa sistem saraf yang pada individu dengan gangguan kepribadian anti sosial berbeda dengan individu yang tidak memiliki gangguan tersebut.
Terapi obat tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian. Meski demikian obat anti depresif atau anti kecemasan kadang digunakan untuk menangani stress emosional yang dialami oleh individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak mengubah pola persisten dari perilaku maladaptif yang dapat menyebabkan distress. Meski demikian, sebuah penelitian mengidentifikasikan bahwa antidepresi Prozac dapat mengurangi perilaku agresifdan iritabilitas dalam diri individu dengan gangguan kepribadian yang impulsif dan agresif.
Oleh karena itu, salah satu penanganan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat-obatan, misalnya prozac untuk individu dengan tingkah laku yang impulsif.
c.       Sudut pandang sistem keluarga (family system)
Sudut pandang sistem keluarga memfokuskan diri pada pola asuh orang tua yang tidak adekuat dan dapat menimbulkan stress pada anak-anak. Hal itu dapat membuat individu rentan terkena gangguan kepribadian. Sebagai contoh, orang tua yang menyiksa anaknya, menolak atau menelantarkan anak mereka, serta pola asuh yang inkonsisten dan tidak adekuat meningkatkan resiko terjadinya gangguan kepribadian antisosial setelah anak tersebut dewasa.
Terapis perilaku ini memandang tugas mereka adalah untuk mengubah perilaku klien dan bukan struktur kepribadian mereka.banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berpikir kerangka “kepribadian” klien, namun dalam perilaku maladaptif yang dipertahankan oleh kemungkinan adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada usaha untuk merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif melalui penggunaan teknik pemusnaha, modeling, dan reinforcement. Jika klien diajarkan perilaku yang cenderung dikuatkan orang lain, maka perilaku baru tersebut akan dipertahankan
Oleh karena itu, penangan yang disarankan dari sudut pandang ini adalah dengan melakukan terapi keluarga dan melakukan berbagai pendidikan dan dukungan orang tua, misalnya dalm hal mengasuh dan mendidik anak.
d.      Sudut pandang behavioral
Sudut pandang ini memberikan contoh suatu penelitian yang dilakukan pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial. Penelitian tersebut menuturkan bahwa individu dengan gangguan kepribadian tersebut tidak berhasil mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Alasannya karena mereka tidak memiliki kecemasan yang tidak memadai dan tidak terlalu memberikan perhatian dan pemberian hukuman. Hal yang terganggu adalah kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu.
penanganan gangguan kepribadian yang dianjurkan adalah dengan mengidentifikasi dan memperbaiki keterampilan ataupun kemampuan individu yang tidak memadai ataupun lemah.
e.       Sudut pandang kognitif
Sudut pandang kognitif menuturkan bahwa terjadi gangguan kepribadian karena individu memiliki keyakinan (belief) yang maladaptif mengenai dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan disekitarnya. Misalnya keyakinan bahwa dirinya adalah seorang yang spesial dan orang lain tidak, apabila terus menerus ditekankan maka individu tersebut memiliki kecenderungan kearah gangguan kepribadian narsistik. Oleh karena itu , penanganan yang biasa dilakukan adalah dengan membina hubungan pasien terapis yang erat dan sehat sehingga terapis secara bertahap mampu merubah dan memperbaiki keyakinan yang salah pada klien.

RINGKASAN


          Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis (hormon, neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
          Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan karakteristik yang khas dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan kepribadian dapat disembuhkan baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan teknik penyembuhan yang berbeda-beda untuk masing-masing gangguan kepribadian.


DAFTAR  PUSTAKA


  1. Janoko, “Person Centered by Carl Roger”. http://janokogalls. blogspot. com/ 2011/12/ makalah-gangguan-kepribadian.html?m=1.(diakses tanggal 20 Juli 2012)
  2. Ardiansyah, farel, “Gangguan Kepribadian”. http://ml.scribd.com/doc/80327280/ gangguan-kepribadian. (diakses tanggal 22 Juli 2012)
  3. B F Syamsir danYusuf Syafri. 1987. Diktat Penuntun Kuliah Psikiatri paket 1. Medan: FK-USU Medan hal 25-30
  4. Kaplan, Harold I, dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri, Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara
  5. Maramis Willy F dan Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa, Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press hal 36-38 dan 325-341
  6. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2001. PPDGJ III, hal 100-106
  7. Ewintri, “Gangguan Kepribadian Skizotipal (Schizotypal Personality Disorder). http://ewintri.wordpress.com/2012/01/04/gangguan-kepribadian-skizoid-schizoid-personality-disorder/.(diakses tanggal 22 Juli 2012)
  8. Rachmita, dwi Lativa, dkk, “Contoh Kasus” dalam “Abnormal Psychology”. http://abnormalpsy.blogspot.com/2011/08/contoh-kasus.html. (diakses tanggal 23 Juli 2012)
  9. Putri, Eka Hadiani, “Makalah Gangguan Kepribadian” http://hadianiekaputri. blogspot. com/2010/11/makalah-gangguan-kepribadian.html. (diakses tanggal 22 Juli 2012)
  10. Anne-Marin B. Cooper, M.D, “Antisocial Personality Disorder (APD). http://www.health.am/psy/antisocial-personality-disorder/. (diakses tanggal 10 Agustus 2012)