DEFINISI 2
Demam
berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai oleh gejala panas 2-7
hari dan pada saat panas turun disertai/ disusul dengan gangguan hemostatik dan
kebocoran plasma (plasma leakage).
ETIOLOGI 1,2
Sekurang
kurangnya ada empat tipe virus dengue yang berbeda yang telah diisolasi dari penderita demam
berdarah, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 . Penyakit ini disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes.
Di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes
yaitu Aedes aegypti atau Aedes
albopictus
Aedes
aegypti
·
Paling sering ditemukan
·
Adalah nyamuk yang ditemukan didaerah
tropis terutama hidup dan berkembang baik didalam rumah, yaitu ditempat
penampungan air jernih atau ditempat penampungan air disekitar rumah.
·
Nyamuk ini sepintas tampak berlurik,
berbintik-bintik putih
·
Biasanya menggigit disiang hari,
terutama pada pagi dan sore hari
·
Jarak
terbang 100 meter
Aedes
albopictus
·
Tempat habitatnya ditempat air jernih,
biasanya disekitar rumah atau pohon-pohon, tempat yang menampung air hujan yang
bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas
·
Menggigit pada waktu siang hari
·
Jarak terbang 50 meter
PATOFISIOLOGI 1,3
Virus
hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan
tersebut sangat bergantung pada daya tubuh manusia.
Sampai
saat ini patofisiologi dari demam berdarah dengue belum dimengerti secara sempurna, karena
sukarnya mendapatkan model binatang percobaan yang dapat digunakan untuk
menimbulkan gejala klinis demam berdarah dengue seperti pada manusia, namun berdasarkan
penelitian demam berdarah dengue biasanya disertai dengan infeksi dengue dengan
urutan 2,3,4 dan 1.
Sebagian
besar ahli masih menganut the secondary
heterologous infection hypothesis atau the sequential infection hypotesia , yaitu
bahwa demam berdarah dengue yang dialami seseorang setelah terinfeksi dengan
virus dengue pertama kali kemudian mendapat infeksi ulangan dengan tipe virus
dengue yang berlainan.
Patogenesis
berdasarkan the secondary heterologous
infection hypothesis dapat dilihat dari rumusan yang dikemukakan oleh
suvatte (1977) yaitu akibat infeksi kedua oleh tipe virus yang berbeda pada
seorang penderita dengan kadar antibodi antidengue yang rendah, respon antibodi
anamnestik yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari akan mengakibatkan
proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan menghasilkan titer tinggi
antibodi IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga
dalam limfosit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi
(virus-antibodi kompleks) yang selanjutnya :
1. Akan
mengaktifasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktifasi C3 dan C5
menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya plasma
melalui endotel dinding itu yaitu merembesnya plasma dari ruang intravaskular
ke ruang ekstravaskular . Perembesan
plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan
kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura,
asites).
Jika hal ini tidak ditanggulangi secara adekuat akan mengakibatkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik, dan berakhir dengan kematian.
2. Dengan
terdapatnya kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan
trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, dimana
terdapatnya kompleks virus-antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP
(adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama lain. sehingga
dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadinya trombositopenia yang hebat
dan perdarahan. Disamping itu trombosit yang mengalami metamorfosos akan
melepaskan faktor trombosit 3 yang mengaktifasi sistem koagulasi. Yang kemudian
mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID =
koagulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga
terjadi penurunan faktor pembekuan.
3. Disisi
lain terjadi pula aktivasi faktor
Hogeman (faktor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi sistem koagulasi dengan
akibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilaktosis dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degraation product (FDP).
Disamping aktivasi faktor XII akan menggiatkan juga sistem kinin yang berperan
dalam proses meningginya permebilitas dinding pembuluh darah yang dapat mempercepat terjadinya syok.
MANIFESTASI KLINIS 1,2, 3, 4
Seperti
pada infeksi virus lainnya, infeksi firus dengue juga merupakan suatu self limiting infection disease yang
alami akan berakhir sekitar 2-7 hari.
Halsted
(1965) mengemukakan gejala yang harus dipertimbangkan antara DHF dan DF dari
demam dengue di thailand, yaitu :
1. DHF
pada umumnya disertai dengan pembesaran hati
2. Leukositosis
sering kali dijumpai pada DHF, berlainan dengan demam dengue yang pada umumnya
disertai leukopenia
3. Manifestasi
perdarahan seperti petekie, ekimosis, uji torniquet positif, dan
trombositopenia lebih menonjol pada DHF
4. Limfadenopati,
ruam makulopapular dan mialgia bersifat lebih ringan pada DHF.
Berdasarkan
kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini di bawah ini
dipenuhi :
·
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik.
·
Terdapat minimal satu dari manifestasi
perdarahan berikut :
ü Uji
bendung positif.
ü Petekie,
ekimosis, atau purpura.
ü Perdarahan
mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat
lain.
ü Hematemesis
atau melena.
·
Trombositopenia (jumlah trombosit
<100.000/ul)
·
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
(kebocoran plasma) sebagai berikut :
ü Peningkatan
hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
ü Penurunan
hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit
sebelumnya.
ü Tanda
kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Kriteria
klinik lainnya
1. Demam
ü Timbul
mendadak
ü Disertai
dengan tidak mau bermain (“not doing well”), nafsu makan menghilang, mual, dan
tidak jarang disertai muntah
ü Kadang
kurva suhu berbentuk pelana (sadle-back fever)
ü Suhu
turun mendadak , kemudian penderita merasa/tampak membaik dan muncul nafsu
makan
2. Nyeri
ü Nyeri
kepala
ü Nyeri
balakang mata (retro orbita)
ü Nyeri
otot (myalgia)
ü Nyeri
sendi (arthralgia)
3. Ruam
ü Pada
awal sakit dapat timbul kemerahan (flushing) pada kulit penderita
ü Pada
periode penyembuhan dapat muncul “Confalesece rash”, berupa morbilli like rash yang
lokasinya diekstremitas bawah (shole like
appearance) dan diekstremitas atas (handglove
like appearance)
4. Manifestasi
perdarahan
ü Dengan
manipulasi yaitu uji torniquet yang positif
(+) bila jumlah petekie
≥ 20
(±) bila jumlah petekie
10-20
(-) bila jumlah petekie
< 10
ü Adanya
perdarahan spontan
5. Dapat
dijumpai gejala gastrointestinal berupa diare dan gejala saluran nafas atas
berupa batuk serta pilek yang ringan.
KLASIFIKASI 4, 5
Derajat
penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
1. Derajat
I:
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji tourniquet, trombositopeni, dan
hemokonsentrasi
2. Derajat
II:
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit
dan atau perdarahan lain.
3.
Derajat III:
seperti derajat II serta didapatkan
kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah , tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi (sistolik ≤ 80 mmHg) , sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan
anak tampak gelisah.
4.
Derajat IV:
manifestasinya seperti pada derajat III
disertai dengan Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur
Jika DBD pada derajay IV terus memburuk
maka akan terjadi syok, yang sering dikenal sebagai Dengue Syok Syndrom (DSS).
Syok ditandai dengan :
1. Anak
gelisah sampai terjadi penurunan
2. Nafas
cepat
3. Nadi
sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (≤20 mmHg)
4. Hipotensi
5. Akral
dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (> 2 detik)
6. Diuresis
menurun sampai anuria
Pada DSS terjadi peninggian
permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan akibat terjadinya
perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding pembuluh darah dan
masuk kedalam ruang interstisial sehingga menyebabkan hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan kerongga serosa.
Pada penderita dengan rejatan yang berat
, volume plasma dapat berkurang sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama
24-48 jam. Jika tidak segera diatasi akan mengakibatkan anoksia jaringan,
asidosis metabolik sehingga terjadi pergeseran ion kalium intraseluler ke
ekstraseluler. Mekanisme ini diikuti pula dengan penurunan kontraksi otot
jantung sehingga lebih lanjut akan memperbesar rejatan dan menyebabkan
kematian.
Sebab lain kematian pada pasien dengan
DSS adalah perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah
rejatan berlangsung lama dan tidak diatasi dengan adekuat.
DIAGNOSIS DBD 2, 7
1. Anamnesis
ü Berdasarkan
gejala klinis
2. Pemeriksaan
fisik
ü Terjadi
penyempitan tekanan nadi, penurunan sistole dan diastole,
ü Sering
ditemukan pembesaran hati atau hepatomegali
ü Adanya
perdarahan dapat berupa petekie, eistaksis, melena ataupun hematuria
ü Adanya
efusi pleura dan acites sebagai akibat dari kebocoran plasma
3. Laboratorium
ü Leukopenia
ü Trombositopenia
(trombosit ≤ 100.000)
ü Hemokonsentrasi
: meningginya kadar hematokrit (PCV ) atau
Hb ≥20%
4. Foto
Thorax
ü Untuk
mendeteksi adanya efusi pleura
5. USG
ü Untuk
melihat adanya asites
6. Serologis
Dikenal 5 jenis uji serologi
yang biasa dipakai untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu:
a.
Uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination
Inhibition test : HI test)
Merupakan uji serologis yang
dianjurkan dan paling sering dipakai sebagai gold standard. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik, tidak dapat
menunjukkan tipe virus yang menginfeksi.
·
Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai >48
tahun, maka baik untuk studi sero-epidemiologi.
·
Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
dari titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap sebagai presumptif positif, atau diduga keras positif
infeksi dengue yang baru terjadi (recent dengue infection).
b.
Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test : CF
test)
Jarang dipergunakan secara
rutin, oleh karena selain rumitnya prosedur pemeriksaan, juga memerlukan tenaga
pemeriksa yang berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi hanya bertahan sekitar
2-3 tahun saja.
c.
Uji
neutralisasi (Neutralization test : NT test)
Merupakan uji serologis yang paling spesifik dan
sensitif untuk virus dengue. Biasanya memakai cara yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test (PRNT)
yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Saat antibodi
nneutralisasi dapat dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan HI antibodi
tetapi lebih cepat dari antibodi komplemen fiksasi dan bertahan lama (4-8
tahun). Uji ini juga rumit dan memerlukan waktu cukup lama sehingga tidak
dipakai secara rutin.
d.
IgM Elisa (Mac. Elisa)
Pada tahun terakhir ini
merupakan uji serologis yang banyak dipakai. Mac Elisa adalah singkatan dari IgM
captured Elisa, dimana akan mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Pada hari 4-5 infeksi virus dengue, akan timbul IgM
yang kemudian diikuti dengan timbulnya IgG.
·
Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, akan secara
cepat dapat ditentukan diagnosis yang tepat.
·
Ada kalanya hasil uji terhadap IgM masih negatif,
dalam hal ini perlu diulang.
·
Apabila hari sakit ke-6 IgM masih negatif, maka
dilaporkan sebagai negatif.
·
Perlu dijelaskan disini bahwa IgM dapat bertahan
dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Untuk memperjelaskan hasil
uji IgM dapat pula dilakukan uji terhadap IgG. Mengingat alasan tersebut di
atas maka uji IgM tidak boleh dipakai sebagai satu-satunya uji diagnostik untuk
pengelolaan kasus.
·
Uji Mac Elisa mempunyai sensitivitas sedikit di
bawah uji HI, dengan kelebihan uji Mac Elisa hanya memerlukan satu serum akut
saja dengan spesivisitas yang sama dengan uji HI.
e.
IgG Elisa
Sebanding
dengan uji HI, tapi lebih spesifik. Terdapat beberapa merek dagang untuk uji
infeksi dengue seperti IgM/IgG Dengue
Blot, Dengue Rapid IgM/IgG, IgM Elisa, IgG Elisa.
DIAGNOSA BANDING 8,9
1.
Demam
Cikungunya .
Demam berdarah dengue harus
dibedakan dengan demam chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota
keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila
dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam
lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, infeksi konjungtiva, dan lebih sering dijumpai nyeri
sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis hampir sama
dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
2.
Penyakit
Infeksi.
Perdarahan seperti petekie dan
ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi, misalnya sepsis, meningitis
meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit berat, demam naik turun,
dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Di samping itu jelas terdapat leukositosis
disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada hitung jenis).
Pemeriksaan LED dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan
virus. Pada meningitis meningokokus jelas terdapat gejala rangsangan meningeal
dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinalis.
3.
Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP) .
Idiopathic
Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh
karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari
pertama, diagnosis ITP sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada ITP
demam cepat menghilang (pada ITP bisa tidak disertai demam), tidak dijumpai
leukopeni, tidak dijumpai hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran ke kanan
pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat
kembali normal daripada ITP.
4.
Leukimia atau
anemia aplastik.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau
anemia aplastik. Pada leukimia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba
dan pasien sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan
memperjelas diagnosis leukimia. pada pemeriksaan darah ditemukan pansitopenia
(leukosit, hemoglobin dan trombosit menurun). Pada pasien dengan perdarahan
hebat, pemeriksaan foto toraks dan atau kadar protein dapat membantu menegakkan
diagnosis. Pada DBD ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda
perembesan plasma.
PENATALAKSANAAN 1, 9, 10
1. Tirah
baring
2. Diet
makan lunak
3. Minum
banyak, dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit
4. Terapi
simptomatis seperti pemberian Antipiretik
5. Resusitasi
cairan intravena
KOMPLIKASI 1
Komplikasi yang sering dijumpai pada
penderita DBD adalah gangguan keseimbangan elektrolit dan overhidrasi.
1. Gangguan
keseimbangan elektrolit
Biasanya dijumpai pada fase leakage/kritis dan yang
paling sering adalah hiponatremia dan hipokalsemia sedangkan hipokalemia sering
terjadi pada fase konvalesen.
Hiponatremia
à karena intake
yang tidak cukup dan mendapat cairan yang hipotonik. Jika penderita tidak
mengalami kejang tidak perlu diberikan NaCL 3%, tetapi cukup diberikan NaCl 0.9
%
Hipokalsemia
à karena leakage
Ca mengikuti albumin keruangan peritoneum dan pleura.
2. Overhidrasi
Komplikasi overhidrasi dapat dijumpai baik pada fase
kritis maupun fase konvalesen. Komplikasi ini lebih serius karena dapat
menyebabkan edema paru atau gagal jantung kongesif, yang berakhir dengangagal
nafas dan kematian.
Gejala
dan tanda overhidrasi adalah :
·
Distress pernafasan, dispnea, takipnea
·
Abdomen yang sangat distended dengan
acites yang masif
·
Penyempitan tekanan nadi pada beberapa
penderita disebabkan meningkatnya tekanan intraabdomen dan intrakranial.
Kebanyakan pasien dengan overhidrasi mempunyai tekanan darah yang tinggi dengan
tekanan nadi yang lebar
·
Rhonki pada kedua lapang paru
·
Capillary refill time >3 detik
PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN 9.10
Kegiatan
pemberantasan DBD terdiri atas kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Kegiatan
pokok meliputi pengamatan dan penatalaksaan penderita, pemberantasan vektor,
penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi.
Kegiatan
pokok
1.
Pengamatan dan penatalaksanaan penderita
Setiap penderita/tersangka DBD yang
dirawat di rumah sakit/puskesmas dilaporkan secepatnya ke Dinas Kesehatan Dati
II. Penatalaksanaan penderita dilakukan dengan cara rawat jalan dan rawat inap
sesuai dengan prosedur diagnosis, pengobatan dan sistem rujukan yang berlaku.
2.
Pemberantasan vektor
Pemberantasan sebelum musim
penularan meliputi perlindungan perorangan, pemberantasan sarang nyamuk, dan
pengasapan. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk bisa
dilakukan dengan meniadakan sarang nyamuk di dalam rumah dan memakai kelambu
pada waktu tidur siang, memasang kasa di lubang ventilasi dan memakai penolak
nyamuk. Juga bisa dilakukan penyemperotan dengan obat yang dibeli di toko
seperti mortein, baygon, raid, hit dll.
Pergerakan pemberantasan sarang nyamuk
adalah kunjungan ke rumah/tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya setiap
3 bulan untuk melakukan penyuluhan dan pemeriksaan jentik. Kegiatan ini
bertujuan untuk menyuluh dan memotivasi keluarga dan pengelola tempat umum
untuk melakukan PSN secara terus menerus sehingga rumah dan tempat umum bebas
dari jentik nyamuk Ae. aegypti.
Kegiatan PSN meliputi menguras bak mandi/wc dan tempat penampungan air lainnya
secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat TPA,
membersihkan halaman dari kaleng, botol, ban bekas, tempurung, dll sehingga
tidak menjadi sarang nyamuk, mengganti air pada vas bunga dan tempat minum
burung, mencegah/mengeringkan air tergenang di atap atau talang, menutup lubang
pohon atau bambu dengan tanah, membubuhi garam dapur pada perangkap semut, dan
pendidikan kesehatan masyarakat.
Pengasapan masal dilaksanakan 2 siklus
di semua rumah terutama di kelurahan endemis tinggi, dan tempat umum di seluruh
wilayah kota. Pengasapan dilakukan di dalam dan di sekitar rumah dengan
menggunakan larutan malathion 4% (atau fenitrotion) dalam solar dengan dosis
438 ml/Ha.
3. Penyuluhan
kepada masyarakat dan evaluasi
Penyuluhan perorangan dilakukan di
rumah pada waktu pemeriksaan jentik berkala oleh petugas kesehatan atau petugas
pemeriksa jentik dan di rumah sakit/puskesmas/praktik dokter oleh
dokter/perawat. Media yang digunakan adalah leaflet, flip chart, slides, dll.
Penyuluhan kelompok dilakukan kepada
warga di lokasi sekitar rumah penderita, pengunjung rumah sakit/puskesmas/
posyandu, guru, pengelola tempat umum, dan organisasi sosial kemasyarakatan
lainnya.
Evaluasi operasional dilaksanakan
dengan membandingkan pencapaian target masing-masing kegiatan dengan
direncanakan berdasarkan pelaporan untuk kegiatan pemberantasan sebelum musim
penularan. Peninjauan di lapangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran
pelaksanaan kegiatan program.
Kegiatan
penunjang
Kegiatan penunjang yang
dilakukan adalah peningkatan keterampilan tenaga melalui pelatihan, penataran,
bimbingan teknis dan penyebarluasan buku petunjuk, publikasi dll.
Pelatihan
diberikan kepada teknisi alat semprot, petugas pemeriksa jentik, kader, dan
tenaga lapangan lainnya sedangkan pentaran diberikan kepada petugas sanitasi
puskesmas, dokter/kepala puskesmas, para medis, petugas pelaksana pemberantasan
DBD Dinas Kesehatan. Selain itu diadakan pertemuan/rapat kerja di berbagai
tingkat mulai dari puskesmas sampai tingkat pusat.
Penelitian
dilaksanakan dalam rangka mengembangkan teknologi pemberantasan meliputi aspek
entomologi, epidemiologi, sosioantropologi, dan klinik. Penelitian
diselenggarakan oleh Depkes, perguruan tinggi, atau lembaga penelitian lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rampengan,
T.H .2007 . Penyakit Infeksi Tropik pada
Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
2. Pudjiadi,
Antonius H, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan
Medis . Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
3. Wahab,A.Samik.
1999. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi
15 . Jakarta : EGC
4. Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: indomedika
5. Mansjoer,Arif,
dkk. 2000. Kapita Selecta Kedokteran
Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
6. Rumah
sakit umum dokter soetomo . 2008. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Edisi III. Surabaya
7. WHO.
2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
skit. Jakarta : WHO Indonesia
1 komentar:
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
Posting Komentar