BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kita semua memiliki gaya berperilaku
dan cara tertentu dalam berhubungan dengan orang lain. Beberapa dari kita
adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih memilih
mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih sosial. Beberapa
dari kita tipe pengikut, yang lain
pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain,
sementara yang lain menghindari insiatif social karena takut dikecewakan. Saat
pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat
menyebabkan distress personal yang signifikan atau mengganggu fungsi social dan
pekerjaan, maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan
kepribadian. (1)
Kepribadian
dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat
individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng lain untuk
memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya.
Individu
dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya
menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu
yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi
kehidupannya sehari-hari.
Pada individu
ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat pada dirinya.
Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak
atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Individu dengan gangguan
kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka, mereka tidak merasa cemas
tentang perilakunya yang maladaptif sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi
untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk mendapatkan perbaikan atau
kesembuhan. (1)
Berdasarkan DSM-IV gangguan
kepribadian dibagi kedalam 3 kelompok besar yaitu:
1.
Kelompok A
Terdiri dari gangguan kepribadian
paranoid, skizoid, dan skizopital. Individu pada ketiga gangguan ini
menampilkan perilaku yang relatif sama yaitu eksentrik dan aneh.
2.
Kelompok B
Terdiri dari gangguan kepribadian
antisosial,boderline,histrionik, dan narsistik. Individu pada gangguan tersebut
manampakkan perilaku yang dramatis atau berlebih-lebihan,emosional, dan aneh.
3.
Kelompok C
Terdiri dari gangguan kepribadian
avoidant, dependent, dan obsesif-kompulsif. Individu dengan gangguan
kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan.
Gangguan
kepribadian yang ada diatas akan dijelaskan lebih lanjut satu persatu pada bab
pembahasan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Kepribadian
Kepribadian dapat
didefinisikan sebagai totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang
biasa. Sifatnya stabil dan dapat diramalkan. Kepribadian meliputi segala, corak
perilaku manusia yang terhimpun dalam dirinya, dan yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap rangsang baik yang datang dari
lingkungannya (“dunia luarnya”) maupun yang berasal dari dirinya sendiri
(“dunia dalamnya”), sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan
fungsional yang khas bagi manusia itu. Kepribadian berkembang menuju ke
kematangan badani, emosional, intelektual, sosial, kultural dan spiritual.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor badani (keturunan, susunan
saraf, hormonal, imunologis), emosional (mekanisme penyesuaian diri) sosial
(hubungan antar manusia, adat-istiadat, kultural) dan spiritual (kpercayaan)
serta intelektual (taraf intelegensi). (2)
II.2 Topografi Kepribadian
Sigmeud Freud (1900) membagi psiko atas tiga sistem
:
1.
Alam bawah sadar
(unconscious)
2.
Alam prasadar
(preconscious)
3.
Alam Sadar (conscious)
Ketiga sistem ini
saling berhubungan secara langsung. (3)
1.
Alam bawah sadar
(unconscious) terdiri atas dorongan instinktual yang berusaha untuk mengadakan
pelepasan muatan (discharge) dan hal-hal yang tidak disadari atau tidak diingat
lagi oleh individu tersebut. elemen yang terdapat ada sistem alam bawah sadar
tersebut ditandai sebagai berikut:
a. Elemen tersebut tidak
dapat mencapai daerah sadar (conscious) kecuali melalui daerah prasadar (pra
conscious)
b. Proses berfikir primer ( primer process thinking
) yaitu cara berfikir yang bertujuan untuk
memenuhi atau mengabulkan tercapainya keinginan atau discharge dari
dorongan-dorongan instinktual tanpa adanya penundaan dan tanpa memperdulikan
faktor realitas. terlihat proses primer ini bersifat primitif,tidak rasional
dan didominasi oleh emosi serta menuntut kepuasan secara primer didapati pada
bayi, dalam mimpi sewaktu berfantasi, penderita psikosa,dll
c. Ingatan (memory) dalam bawah sadar,tidak lagi
mempunyai koneksi dengan realita dan pernytaan secara verbal,tapi bila ada
kata-kata yang dipergunakan dan kebetulan berkenaan,atau berhubungan dengan
memory yang terlupakan tersebut, maka dapat teringat kembali (menjadi sadar) bahan-bahan yang pernah
terpendam dapat dikeluarkan dari alam tak sadar ke alam sadar, hanya bila sensor itu
dibuat tidak berdaya ( seperti pada pembentukan gejala neurotik ), santai (seperti dalam
keadaan mimpi) atau dikelabui (seperti dalam lelucon)
d. Isi dari bawah sadar
terbatas pada keinginan untuk mencapai kepuasan, dimana keinginan merupakan
daya motif untuk mencapai mimpi atau untuk pembentukan simptoms neurotik. Isi
alam bawah sadar terbatas pada hasrat yang mencari kepuasan dan yang
menyediakan daya penggerak untuk
pembentukan impian. Alam tak sadar sangat erat hubungannya dengan naluri karena
mengandung hasrat, terutama yang bersangkutan dengan naluri seksual.
Alam bawah
sadar, terdapat pada id,
super ego dan ego dimana pada alam bawah sadar dari ego dihasilkan mekanisme
pertahanan ego dan juga pembentukan simptom.
2.
Alam Prasadar (Preconscious), alam ini merupakan pintu
masuk ke dalam daerah sadar maupun ke daerah bawah sadar, elemen yang terdapat
pada alam bawah sadar dapat kenbali menjadi daaerah sadar hanya bila terjadi
hubungan kata-kata atau kalimat yang berkenaan dengan memory atau ingatan
tersebut, jadi dengan melakukan konsentrasi dan usaha untuk mengingat hal-hal
yang terlupakan tersebut barulah ingatan tadi dapat mencapai prasadar,
aktifitas mental yang bekerja pada daerah prasadar adalah berfikir secara
proses sekunder (secondary process
thinking). Berfikir
secara proses sekunder bertujuan untuk menghindari ketidakpuasan, dapat
menangguhkan discharge dari instink dan memperhatikan serta mempertimbangkan
realitas eksternal, rasional, dan sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi.
Alam prasadar belum ada pada waktu lahir.
Prasadar pada dasarnya adalah alam bawah sadar yang
mudah direcall menjadi alam sadar.
3. Alam
Sadar (conscious) terdiri atas persepsi
yang menerima stimuli dari luar (eksternal)
dan bagian dari kehidupan mental yang disadari oleh individu, jadi hal hal yang
dapat diingat individu atau yang disadarinya pada setiap waktu. Selain itu juga
alam sadar bertugas untuk menjajaki alam prasadar dan mengarahkan perhatian
terhadap alam pra sadar oleh karena alam prasadar mudah menjadi alam sadar, dan
hal ini disebut sebagai “attention
cathexis”. sedangkan proses alam prasadar mudah menjadi alam sadar disebut
sebagai proses “hipercathexis”. Bagian
terbesar dari alam sadar terdapat pada ego dan sisa lainnya terdapat pada
superego.
II.3 Struktur Kepribadian
Ditinjau dari sudut struktur, Freud
membagi jiwa menjadi 3 bagian yaitu id, ego dan super ego. (3,1)
1.
Id
adalah tempat dorongan naluri (instink)
dan berada dibawa pengawasan proses primer. karena itu ada id bekerja sesuai
dengan prinsip kenikmatan tanpa memperdulikan kenyataan. seorang bayi pada
waktu lahir mempunyai id, ia tidak mempunyai kemampuan untuk
menghambat,mengawasi atau memodifikasi dorongan nalurinya,karena itu ia sangat
tergantung ide orang lain dan lingkungannya.
2.
Ego
memiliki semua ketiga dimensi topografi kesadaran, prasadar dan bawah sadar.
pikiran logika dan abstrak serta ekspresi verbal adalah hubungan antara fungsi
kesadaran dan prasadar dari ego. mekanisme pertahanan tetap dalam bagian yang
tidak disadari dari ego. ego merupakan organ pelaksana eksekutif dari jiwa dan
mengontrol pergerakan, persepsi,kontak dengan kenyataan, dan melalui mekanisme
pertahanan yang ada, memperlambat dan memodifikasi dorongan ekspresi. Freud
percaya bahwa modifikasi ide terjadi sebagai akibat efek dunia eksternal pada
dorongan. Tekanan kenyataan eksternal memungkinakan ego menyesuaikan energinya
dengan ide untuk melakukan kerja itu. Saat ego membawa pengaruh dari dunia luar
untuk menunjang ego secara bersama,ego menggantikan prinsip kenyataan dengan
prinsip kesenangan. fareud menyadari peranan konflik dalam model struktural dan
mengamati bahwa konflik pada awalnya adalah antara ide dan dunia luar, hanya
kemudian ditransformasikan ke konflik antara ide dan ego. ego bekerja sesuai
prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaaan dari ego,yang meliputi:
a.
Salah
pindah (diplacement)
merupakan
mekanisme melepaskan pelepasan yang terkekang, biasanya permusuhanpada objek
yang tidak begitu berbahaya, seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.
b. Rasionalisasi
suatu bentuk
usaha untuk membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat
dibenarkan sehingga dapat disetujui diri sendiri dan masyarakat.
c. Penyangkalan
bentuk
perlindungan untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak
menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, seringbdengan cara melarikan
diri, seperti menjadi “sakit” atau kesibukan dengan hal-hal lain.
d. Regresi
suatu mekanisme
mundur ketingkat yang kurang matang dengan respon yang kurang matang dan
biasanya juga dengan aspirai yang kurang
e. Represi
suatu bentuk
usaha mendorong pikiran yang menyakitkan
atau berbahaya masuk ke alam sadar
f. Identifikasi
suatu bentuk penambahan
rasa harga diri dengan menyamakan dirinya dengan orang atau hal yang dikagumi
g. Fantasi
suatu bentuk
pemuasan diri yang terhalang dengan prestasi dalam khantasi khayalan. fantasi
terbagi menjadi dua,yaitu: fantasi produktif dan nonproduktif. dimana fantasi
prduktif dapat dipakai secara
konstruktif untuk mempertahankan
motifasi dan untuk menyelesaikan masalah segera sedangkan fantasi non produktif
hanya merupakan khayalan pemuasan kebutuhan, tetapi tidak merangsangdan tidak
menaikkan prestasi.
h. Introyeksi
suatu bentuk
penyatuan untuk menyatukan nilai dan norma dengan struktur egonya sehingga
indvidu tidak bergantung pada belas kasihan dari luar yang dirasakan sebagai
ancaman.
i.
Proyeksi
suatu bentuk
mekanisme yang menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik.
j.
Sublimasi
suatu bentuk
mekanisme seseorang dalam mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan seksual
dalam kegiatan nonseksual
k. Penyusunan reaksi
suatu bentuk
mekanisme seseorang untuk mencegah keinginan, bila diekspresikan, yaitu dengan
melebih- lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
“rintangan”
l.
Penyekatan
emosional
merupakan bentuk
mekanisme mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk
melindungi diri sendiri dari rasa sakit
m. Pelepasan (undowing) atau penebusan
merupakan suatu
mekanisme dengan meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecendrungan atau
tindakan yang tidak disetujui. Meminta maaf, menyesali, memberi silihan atau
melakukan penitensi dan menjalani hukuman dimana merupakan suatu bentukn
pelepasan atau penebusan
n. Isolasi (
intelektualisasi, disosiasi )
suatu bentuk
mekanisme pemutusan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan
sikap- sikap yang bertentangan.
o. Simpatisme
adalah usaha
untuk mendapatkan simpati dengan cara menceritakan“berbagai kesukarannya”,
dengan demikian dapat menyokong rasa harga diri meskipun gagal dalam suatu
usaha
p. Pemeranan
adalah suatu
meknisme dalam mengurangi kecemasan terhadap berbagai keinginan yang terlarang
dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya.
q. Kompensasi
adalah suatu mekanisme
dalam menutupi suatu kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau
pemuasan secara berlebihandalam satu bidang, karena mengalami frustasi dalam
bidang lain.
Freud menganggap bahwa kemampuan ego
untuk mempertahankan hubungan dengan dunia luar termasuk dalam fungsi utama.
hubungan ini ditandai dengan sifat- sifat, yaitu: rasa kenyataan ( sense of reality) ,uji kenyataan (reality testing ) dan penyesuaian atau
adaptasi pada kenyataan.
3.
Superego merupakan komponen
ketiga dari struktural kepribadian. Superego berperan untuk menegakkan dan
mempertahankan keasadaran moral seseorang atas dasar kompleks sistem ideal dan
nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orangtua. Freud, memandang superego
sebagai pewaris kompleks Oedipus, dengan kata lain seorang anak
menginternalisasikan nilai-nilai dan standart dari orangtuanya diusia sekitar 5
sampai 6 tahun. Superego selanjutnya berfungsi sebagai suatu agen yang
memungkinkan meneliti dengan cermat tentang perilaku pikiran dan perasaan
seseorang. Bekerjanya Superego biasanya tidak sadar, dalam hal ini,superego
merupakan kekuatan penghambat yang mengimbangi ide. Dalam keadaan sadar,
superego dianggap sebagai suara hati nurani atau sebagai kepribadian yang
menginginkan tindakan kejujuran, mulia dan mematuhi peraturan yang ada.
Bila
ego tidak tumbuh baik sebagai penengah antara id dan superego,maka ia akan
mengalami kesulitan dalam hubungan antar manusia dengan dirinya, bila superego
terlalu penuh dengan batasan- batasan atau restriksi, maka individu tersebut
akan tertekan dan tidak merasa bahagia,melainkan dapat dikejar-kejar perasaan
berdosa. sebaliknya, bila id tidak dikendalikan lagi, maka akan terjadi
tindakan-tindakan.
II.4 Kriteria Gangguan Keribadian
Pedoman
diagnostik gangguan kepribadian menurut PPDGJ III, meliputi :
·
Kondisi yang tidak
berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak berat (gross brain
damage or disease), atau gangguan jiwa lain
·
Disharmoni sikap
dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi beberapa bidang fungsi,
misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara memandang dan berfikir,
serta gaya berhubungan dengan orang lain
·
Pola perilaku
abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak terbatas pada episode
gangguan jiwa
·
Pola perilaku
abnormalnya bersifat pervasif
(“mendalam”) dan maladaptif yang
jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas
·
Manifestasi diatas
selalu muncul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut pada usia dewasa
·
Gangguan ini
menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang cukup berarti, tetapi
baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut
·
Gangguan ini
biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna dengan masalah-
masalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial (6)
II.5 Penggolongan Gangguan Kepribadian (1)
II.5.1 Kelompok A
Terdiri dari gangguan kepribadian
paranoid, schizoid, dan skizotipal. Individu pada ketiga gangguan ini
menampilkan perilaku ynag relative sama yaitu eksentrik dan aneh.
II.5.1.1 Gangguan Kepribadian Paranoid
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya
ditandai dengan adanya kecurigaan dan ketidakpercayaan yang sangat kuat kepada
orang-orang di lingkungan sekitarnya. Mereka seringkali sangat sensitive, mudah
marah, dan menunjukkan sikap bermusuhan.
Salah satu faktor penting dalam gangguan kepribadian paranoid adalah adanya
kecenderungan yang tidak beralasan (gangguan ini biasanya dimulai sejak masa
dewasa awal dan tampak pada berbagai situasi dan kondisi) untuk menganggap
perilaku orang lain sebagai merendahkan dan mengancam diri mereka.
Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara emosional dan menjaga
jarak dengan orang lain. Dalam situasi sosial, individu dengan gangguan ini
tampak efisien, praktis, dan cekatan, namun mereka seringkali menjadi pemicu
dari timbulnya masalah konflik dengan lingkungan.
Individu dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki gangguan ini sepanjang
hidup mereka. Beberapa di antara mereka menunjukkan gangguan ini sebagai
pertanda awal sebelum akhirnya mereka menderita skizofrenia.
Contoh kasus :
Seorang
wanita, berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putrid dikeluhkan oleh
suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya.
Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat
intensitasnya setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian
dinas ke luar kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka
istrinya akan langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita
lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita
lain. Keluarganya dan keluarga suami sudah berulang kali meyakinkan bahwa
suaminya selama ini tetap setia, namun sulit sekali untuk diterima oleh sang
istri. Tetangga sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri,
sampai-sampai kadangkala suami tidak berani bartegur sapa dengan para tetangga.
(sumber: kasus pribadi).
Treatment yang dapat diberikan
yaitu:
a.
Psikoterapi. Pasien paranoid
tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus
berhadapan langsung dalam menghadapi pasien, dan harus diingat bahwa kejujuran
merupakan hal yang sangat penting bagi pasien. Ahli terapi yang terlalu banyak
menggunakan interpretasi mengenai perasaan ketergantungan yang dalam, masalah
seksual dan keinginan untuk keintiman dapat meningkatkan ketidakpercayaan
pasien.
b.
Farmakoterapi. Farmakoterapi
berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus, obat
antiansietas seperti diazepam (Valium) dapat digunakan. Atau mungkin perlu
untuk menggunakan anti psikotik, seperti thioridazine (Mellaril) atau
haloperidol (Haldol), dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani
agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti psikotik pimozide
(Orap) bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.
II.5.1.2 Gangguan Kepribadian Skizoid
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya
menampilkan perilaku atau pola menarik diri dan biasanya telah berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Mereka merasa tidak nyaman dalam berinteraksi
dengan orang lain, cenderung introvert, dan afek mereka pun terbatas.
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya memberikan tampilan bahwa
mereka “dingin” dan penyendiri. Hal ini terjadi karena mereka memiliki
kebutuhan yang sangat rendah untuk berhubungan secara emosional dengan orang
lain.
Kehidupan individu dengan gangguan ini biasanya diwarnai dengan kegemaran pada
aktifitas yang tidak melibatkan orang lain (aktifitas mandiri) dan berhasil
pada bidang-bidang yang tidak melibatkan persaingan dengan orang lain.
Kehidupan seksual mereka biasanya hanya sebatas fantasi dan mereka sedapat
mungkin berusaha menunda kematangan seksualnya. Kaum pria biasanya tidak
menikah karena mereka tidak dapat melakukan hubungan yang intim dan kaum wanita
biasanya secara pasif akan menyetujui untuk menikah dengan kaum pria yang
agresif dan sangat menginginkan mereka menikah dengannya.
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya mengalami kesulitan untuk
mengekspresikan kemarahannya. Mereka menyalurkan energi afektifnya (misalnya
kemarahan) kepada bidang-bidang yang tidak melibatkan orang lain.
Walaupun individu ini sangat penyendiri dan memiliki impian-impian atau
fantasi, namun tidak berarti bahwa individu dengan gangguan ini mengalami
masalah kontak realitas. Mereka tetap mampu membedakan antara realitas dan fantasi
atau impian.
Sejauh ini diketahui bahwa gangguan kepribadian schizoid terjadi
pada 7,5 persen populasi pada umumnya. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan juga tidak diketahui secara pasti namun diperkirakan sekitar 2 : 1
(laki-laki : perempuan).
Awal munculnya gangguan ini biasanya pada masa kanak-kanak awal. Biasanya
berlangsung dalam jangka waktu yang lama walaupun belum tentu seumur hidup
mereka. Jumlah individu dengan gangguan ini yang kemudian menjadi penderita
skizofrenia, belum diketahui secara pasti.
Contoh kasus :
John seorang pensiunan berusia 50 tahun, mencari penanganan
selama beberapa minggu setelah anjingnya tertabrak dan mati. John merasa sedih
dan lelah. Ia menjadi sulit berkonssentrasi dan sulit tidur. Ia tinggal sendiri
dan lebih senang sendirian, membatasi kontak dengan orang lain dan hanya
mengatakan “halo” dan “apa kabar?” sambil terus berlalu. Ia merasa percakapan
social hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung bila ada prang lain yang mencoba
membina persahabatan dengannya. Meski ia hobi membaca surat kabar dan tetap
mengikuti perkembangan dari peristiwa terkini, ia tidak memiliki minat yang
nyata terhadap manusia. Ia bekerja sebagai penjaga keamanan dan digambarkan
rekan kerjanya sebagai “penyendiri” dan “ikan yang dingin”. Satu-satunya
hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya, kerena ia merasa dapat berbagi
perasaan yang lebih sensitif dan lebih hangat daripada ia berbagi dengan orang
lain. Saat natal ia akan bertukar kado dengan anjingnya, membeli hadiah untuk
anjingnya dan membungkus sebotol scoth untuk dirinya sendiri sebagai hadiah
dari binatang tersebut. Satu-satunya peristiwa yang membuatnya sedih adalah
saat ia kehilangan anjingnya. Sebaliknya, kehilangan orang tua nya tidak mampu
membangkitkan suatu respon emosional. Ia merasa dirinya berbeda dari orang lain
dan bingung dengan adanya emosionalitas yang ia lihat pada orang lain. (7)
Treatment yang
dapat diberikan yaitu:
a.
Psikoterapi. Dalam lingkungan terapi
kelompok, pasien gangguan kepribadian skizoid mungkin diam untuk jangka waktu
yang lama, namun suatu waktu mereka akan ikut terlibat. Pasien harus dilindungi
dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan
ketenangan. Dengan berjalannya waktu, anggota kelompok menjadi penting bagi
pasien skizoid dan dapat memberikan kontak sosial.
b.
Farmakoterapi. Dengan antipsikotik
dosis kecil, antidepresan dan psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada
beberapa pasien.
II.5.1.3 Gangguan Kepribadian Skizotipal
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal
biasanya tampak aneh secara sangat mencolok. Mereka memiliki pemikiran yang
ajaib (magical), ide-ide yang ganjil, ilusi dan derealisasi yang biasa
mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Kadangkala isi pikiran mereka
dipenuhi oleh fantasi yang berkaitan dengan ketakutan dan fantasi yang biasanya
hanya muncul pada masa kanak-kanak.
Individu dengan gangguan ini mengalami masalah dalam berpikir dan
berkomunikasi. Mereka sensitive terhadap perasaan atau reaksi orang lain
terhadap dirinya, terutama reaksi yang negative seperti rasa marah atau tidak
senang. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah dalam berinteraksi dengan
orang lain dan kadangkala bertingkah laku aneh sehingga akhirnya mereka
seringkali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.
Individu dengan gangguan skizotipal kadangkala juga menampilkan gejala yang
ditampilkan oleh individu dengan gangguan kepribadian borderline. Apabila hal
ini terjadi, terapis boleh sekaligus mendiagnosis individu tersebut dengan 2
diagnosis, skizotipal dan borderline. Kadangkala terapis harus lebih
berhati-hati karena apabila individu dengan skizotipal berada di bawah tekanan,
mereka dapat menampilkan tingkah laku psikotik dan tampak seperti penderita
skizofrenia, hanya bedanya pada individu ini gejala psikotik tersebut hanya
tampak dalam waktu yang singkat dan segera menghilang. Jadi harus berhati-hati,
jangan langsung memberikan diagnosis skizofrenia karena mungkin saja ternyata
lebih sesuai dengan skizotipal.
Gangguan kepribadian skizotipal ini lebih banyak muncul pada keluarga yang
memiliki penderita skizofrenia dan di antara kembar satu telur bila
dibandingkan dengan kembar dari dua telur (33 persen vs 4 persen).
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 10 persen dari individu dengan
kepribadian skizotipal pernah merencanakan untuk bunuh diri. Kepribadian
skizotipal adalah titik awal yang memungkinkan seorang individu menderita
skizofrenia.
banyak klinisi yang berhati-hati
dalam mendiagnosis gangguan kepribadian seseorang dengan penyakit seperti
gangguan skizophrenia dan skizoaffective, banyak pasien, khususnya individu
yang distabilkan secara psikis yang tinggal dalam komunitas, telah melakukan
coping dan model interpersonal yang dapat dikonseptualkan sebagai
‘kepribadian’. Hal ini dikuatkan oleh penelitan kami sebelumnya, yang
menunjukkan bahwa trait kepribadian, seperti yang diukur oleh NEO Personality Inventory (NEO-PI), diantara pasien dengan gangguan
skizoaffective dan skizofrenia, cenderung stabil dan bebas dari simptom
psikotik rata-rata lebih dari 6 bulan, simptom psikotiknya stabil dan bebas
selama interval waktu 6 bulan, bahkan ketika simptom psikiatrinya beragam.
Sementara NEO-PI tidak di validkan dalam melakukan assessment variable
kepribadian pada individu yang penyakit jiwa, penelitian awal kami pada 21
paseien menunjukkan bahwa traits kepribadian itu dapat diukur, stabil dalam
waktu yang singkat dan secara klinis relevan dengan populasi skizophrenic. Pada
sample kecil ini, korelasi test-retest
antara domain kepribadian menunjukkan korelasi atas ke empat domain yang
kesemuanya lebih besar dari 0,84, yang menunjukkan stabilitas domain selama
interval waktu yang diukur. Skor domain juga menunjukkan korelasi yang
signifikan dengan tingkat fungsi, khususnya yang berhubungan dengan jumlah
kontak sosial. (Jurnal Psychology: The relationship between personality and quality of
life in persons with schizoaffective disorder and schizoprenia, 1997)
Contoh kasus :
Seorang
laki-laki, berusia 35 tahun yang nyaris tidak pernah bekerja dan mengalami
defisiensi vitamin yang parah. Kondisi itu terjadi karena dia tidak mau memakan
makanan apapun yang menurutnya sudah terkontaminasi oleh mesin-mesin. Dia mulai
membentuk pemikiran tentang diet semacam itu pada usia sekitar 20 tahun, dan
tidak lama kemudian dia pergi meninggalkan keluarganya dan mulai mempelajari
suatu kepercayaan tertentu yang menurutnya mampu membuka “ mata ketiga-nya”.
Saat ini dia hidup seorang diri di sebuah perkebunan mungil dan menenan sendiri
berbagai makanan untuk dirinya. Dia menghabiskan sepanjang harinya untuk
melakukan penelitian berkaitan dengan mekanisme kontaminasi pada makanan.
Selain itu, dia pun memiliki pengikut yang berpikiran sama dengan dirinya. Dia
tidak pernah menikah dan sangat jarang berhubungan dengan keluarganya. Dia
mengatakan bahwa dia tidak pernah dekat dengan ayahnya karena dia seorang
vegetarian. (sumber: Barlow & Durand, 1995).
Treatment yang
dapat diberikan yaitu (Kaplan & Saddock : 253) (4):
a. Psikoterapi.
Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian skizotipal harus
ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek
religius yang aneh dan okultis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas
tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka.
b. Farmakoterapi.
Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalam menghadapi gagasan mengenai diri
sendiri, waham dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan bersama-sama
psikoterapi. Penggunaan holoperidol dilaporkan memberikan hasil positif pada
beberapa kasus, dan antidepresan digunakan jika ditemukan suatu komponen
depresif dari kepribadian.
II.5.2 Kelompok B
Terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik, dan
narsistik. Individu pada gangguan tersebut menampakkan perilaku yang dramatis
atau berlebih-lebihan, emosional, dan aneh (tidak menentu).
II.5.2.1 Gangguan Kepribadian Antisosial
Individu dengan gangguan kepribadian
antisosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku kriminal atau
antisosial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan melakukan kriminalitas.
Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidakmampuan individu untuk
mengikuti norma-norma sosial yang ada selama perkembangan masa remaja dan
dewasa.
Individu dengan kepribadian
antisosial biasanya mampu menampilkan tingkah laku yang menewan, memiliki
kemampuan verbal yang baik, bahkan mampu menarik perhatian lawan jenis dengan
perilakunya yang pandai merayu. Di sisi lain, individu yang sejenis seringkali
menganggap perilaku individu dengan gangguan ini sebagai manipulatif dan
terlalu menuntut.
Walaupun penampilan luarnya tampak
positif, apabila terapis menelusuri riwayat kehidupannya, biasanya dipenuhi
dengan perilaku berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi,
pemakaian obat-obatan, dan berbagai aktivitas ilegal lainnya yang biasanya
telah dimulai sejak masa kanak-kanak. Mereka tidak dapat dipercaya dan tidak
memiliki tanggung jawab, oleh karena itu setelah dewasa individu dengan
kepribadian antisosial biasanya berkaitan dengan kasus penyikasaan pada
pasangan hidup, pada anak, pelacuran, dan mengandarai dalam keadaan mabuk.
Kepribadian ini lebih tampak pada
daerah miskin. Usia kemunculan gannguan ini adalah sebelum usia 15 tahun.
Perempuan biasanya menampakkan gejala ini sebelum masa pubertas dan pada anak
laki-laki bahkan sebelumnya. Pada populasi di penjara, prevelensi
individu yang memiliki kepribadian antisosial mencapai 75 persen.
Gangguan kepribadian antisosial
biasanya muncul pada masa remaja akhir. Prognosisnya bervariasi. Gangguan yang
umum terjadi pada individu dengan kepribadian antisosial adalah gangguan
depresi, gangguam alkohol, dan zat-zat tertentu (obat-obatan terlarang).
Contoh kasus:
Seorang sopir truk 21
tahun, berstatus
duda, dirujuk untuk evaluasi kejiwaan setelah praperadilan
karena tuduhan melakukan
penyelundupan harta curian .
Ia memiliki sejarah tindak pidana berulang, penjara, dan gangguan kejiwaan
selama masa kanak-kanak dan remaja. Dia telah ditahan 4 minggu sebelumnya saat
inspeksi jalan, didapatkan suku cadang kendaraan bermotor yang dicuri
tersembunyi di antara karton bahan makanan. Sekitar 8 bulan sebelum penangkapannya yang terbaru,
pasien tiba-tiba ditinggalkan istrinya ketika ia didapati sering
main mata dengan pelanggan di toko sandwich tempatnya bekerja.
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya seorang alkoholik, yang seringkali melakukan kekerasan padanya ketika mabuk, dan ibunya pengangguran, sementara dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari- hari. Selama masa kecil, pasien telah dievaluasi dan secara singkat dirawat di pusat kesehatan mental masyarakat setelah ia tertangkap membakar gudang kosong. Selama masa remaja, ia telah menerima konseling dari seorang psikolog sekolah karena pola yang konsisten perilaku antisosial, termasuk pencurian mobil, joyriding, mengemudi dalam keadaan mabuk, mengemudi dengan pembolosan, lisensi ditangguhkan, dan mencuri uang dari ibunya. Sementara ia tumbuh dewasa, dia tidak memiliki persahabatan dekat, meskipun ia adalah anggota perangkat geng. Meskipun aktif secara seksual sejak usia muda dan bangga dengan kejantanan, dia curiga pada perempuan dan menjadi mudah bosan dengan pasangan yang sama.
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya seorang alkoholik, yang seringkali melakukan kekerasan padanya ketika mabuk, dan ibunya pengangguran, sementara dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari- hari. Selama masa kecil, pasien telah dievaluasi dan secara singkat dirawat di pusat kesehatan mental masyarakat setelah ia tertangkap membakar gudang kosong. Selama masa remaja, ia telah menerima konseling dari seorang psikolog sekolah karena pola yang konsisten perilaku antisosial, termasuk pencurian mobil, joyriding, mengemudi dalam keadaan mabuk, mengemudi dengan pembolosan, lisensi ditangguhkan, dan mencuri uang dari ibunya. Sementara ia tumbuh dewasa, dia tidak memiliki persahabatan dekat, meskipun ia adalah anggota perangkat geng. Meskipun aktif secara seksual sejak usia muda dan bangga dengan kejantanan, dia curiga pada perempuan dan menjadi mudah bosan dengan pasangan yang sama.
Dalam wawancara itu,
pasien tampak santai dan tenang, dengan ketenangan jelas yang kongruen dengan
keseriusan situasinya. Dia membuat kontak mata dengan pewawancara tapi
tampaknya melihat melalui pewawancara dan bukan padanya. Ia seringkali mengabaikan
ucapan tetapi jelas dikomunikasikan untuk otoritas
pewawancara. Tidak ada gangguan besar dalam pemikiran, persepsi, atau suasana
hati, dengan pengecualian kurangnya penyesalan atau kecemasan ketika ia
berhadapan dengan pola seumur hidup perilaku merusak dan keseriusan dari
tuduhan saat ini diajukan terhadap dia (10).
Treatment yang dapat diberikan
yaitu:
a.
Psikoterapi. Jika pasien merasa
bahwa mereka berada diantara teman-teman sebayanya, tidak adanya motivasi
mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok
yang menolong diri sendiri (selfhelp group) akan lebih berguna dibandingkan di
penjara dalam menghilangkan gangguan. Tetapi, ahli terapi harus menemukan suatu
cara untuk menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut
pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus menggagalkan usaha pasien untuk
melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.
b.
Farmakoterapi. Farmakoterapi
digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul, seperti
kecemasan, penyerangan dan depresi. Tetapi, karena pasien seringkali merupakan
penyalahguna zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien
menunjukkan bukti-bukti adanya gangguan defisit-atensi / hiperaktivitas,
psikostimulan seperti methylphenidate (Ritalin), bisa digunakan.
II.5.2.2 Gangguan Kepribadian Borderline
Gangguan
kepribadian borderline berada di perbatasan antara gangguan neurotik dan
psikotik dengan gejala-gejala afek, mood, tingkah laku dan self-image yang
sangat tidak stabil. Individu dengan gangguan kepribadian ini moodnya selalu
berubah-ubah.
Tingkah laku
dari individu dengan kepribadian borderline sangat tidak dapat diduga,
akibatnya mereka jarang mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki (under-achiever). Mereka juga memiliki kecenderungan menyakiti
diri sendiri (self-destrictive). Individu ini memiliki kemungkinan untuk
mengiris pergelangan tangannya dan menampilkan berbagai self-mutilation (tindakan
melukai diri sendiri, memotong)dengan tujuan mencari pertolongan dari orang lain,
untuk mengekspresikan kemarahan mereka, atau mengumpulkan afek-afek yang mereka
rasakan.
Individu
dengan kepribadian borderline merasa bergantung pada orang lain, namun mereka
juga memiliki perasaan bermusuhan terhadap orang lain. Individu dengan gangguan
ini pun tidak tahan atau tidak dapat hidup apabila sendirian. Ketika kesepian
dan kebosanan melanda mereka, walaupun hanya untuk waktu yang singkat mereka
akan berusaha sekuat tenaga untuk menemukan teman, walaupun hanya sebatas teman
duduk.
Diperkirakan
gangguan ini muncul pada sekitar 1 atau 2 persen pada populasi umum. Gangguan
kepribadian ini dua kali lebih banyak pada kaum perempuan ketimbang laki-laki.
Berdasarkan
penelitian longitudinal diketahui bahwa individu dengan gangguan kepribadian
borderline tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan kea rah gangguan
skizofrenia, namun individu ini memiliki kecenderungan untuk mengalami
episode major depressive disorder.
Dalam praktek dan literatur klinis,
pasien dengan BPD mempunyai reputasi yang berupa distorted thinking
(pikiran yang menyimpang) yang panjang tentang apa yang terjadi dalam hubungan
interpersonal mereka (Kernberg, 1985; Noy, 1982). Kroll (1982) menegaskan
kecenderungan pasien ini mengarah ke persepsi global dengan kurangnya perhatian
terhadap detail, perubahan makna, amnesia yang turun naik, dan deskripsi yang
kontradiktif atau keliru mengenai suatu kejadian atau orang-orang. Pasien BPD
seringkali dikarakteristikkan dengan adanya “splitting”, yang didefinisikan
sebagai ketidakmampuan untuk mengintegrasikan gambaran buruk atau baik tentang
orang lain.
Yang jelas, pasien BPD seringkali menggambarkan orang lain seakan-akan mereka
percaya bahwa orang lain merupakan bentuk teladan yang sempurna atau sebaliknya
merupakan perwujudan yang buruk dari sebuah bentuk kebencian. Mereka seringkali
menggambarkan rangkaian interaksi dalam cara yang salah. Mereka sering
menceritakan dugaan tentang kelakuan buruk orang lain dengan memperagakan
secara sistematis perilaku provokatif mereka sebagai alasan potensial bagi
mereka.
Terapi harus membedakan apakan jenis perilaku ini menunjukkan defisit kognitif
yang nyata, mekanisme pertahanan pada kejiwaan mereka, manipulasi bawah sadar
atau manipulasi ketidaksengajaan tentang orang lain untuk tujuan yang
tersembunyi atau merupakan kombinasi dari semua hal tersebut. Pertanyaan ini
merupakan hal yang sangat penting bagi psikoterapis, jika distorsi terbukti
sebagai sebuah bentuk defisit dalam pemrosesan informasi, treatment
haruslah sangat dipertimbangkan. Nyatanya, jika terdapat sejenis defisit
neurologis permanen yang menyebabkan pasien BPD kekurangan kemampuan untuk
membuat penilaian yang lebih realistik tentang lingkungan interpersonal mereka,
maka psikoterapi mungkin tidak akan menjadi jalan yang efektif sama
sekali.
Kesulitan utama yang mungkin menghalangi keakuratan pada assessment kemunculan
distorsi pada pasien BPD adalah hampir tidak mungkinnya merancang metode yang
reliable untuk defisiensi ketidakmampuan mental dari performance perilaku yang
direncanakan yang berdasarkan pada motivasi psikologis interpersonal atau
tujuan intrapsikis. Terapis tertentu mungkin akan melakukan kesalahan jika
mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang motif yang mendasari beberapa
perilaku yang ditunjukkan oleh individu. (Jurnal Psychology: Avoiding
Patient Distortions in Psychotherapy with Borderline Personality Disorder
Patients, 2004)
Contoh kasus:
Saya telah
mengenal Claire selama lebih dari 25 tahun dan bersama-sama mengalami masa-masa
yang menyenangkan, namun lebih banyak masa yang buruk ketika hidupnya sangat
tidak menentu. Claire adalah seseorang yang mengalami gangguan borderline. Saya
dan Claire biasanya berangkat bersama-sama sejak SMA, suatu saat saya menemukan
bahwa rambutnya dipoong sangat pendek dan tidak rapi, dan ketika saya
menanyakan penyebabnya, dia menjawab bahwa semuanya berjalan dengan buruk dan
kegiatan memotong rambut itu dapat menyenangkan dirinya.kemudian saya juga
mengetahui bahwa sarung tangan panjang yang sering dikenakan Claire, ternyata
untuk menutupi luka-luka sayatan yang buat Claire pada lengannya. Claire
menjadi teman pertama saya yang meroko dan menggunakan obat-obatan terlarang,
teman pertama saya yang orang tuanya bercerai dan tidak lagi mempedulikan dirinya.
Ayahnya seorang alkoholik yang sering memukuli dirinya dan ibunya. Claire
memiliki prestasi akademik dan self-image yang rendah. ia seringkali
mengatankan dirinya bodoh dan buruk yang saat ini saya ketahui bahwa kedua hal
itu tidak benar.selama saya mengenal dia, secara bekala dia “meninggalkan kota”
tanpa sebab yang jelas. Saya mengetahui beberapa tahun kemudian bawa itu hanya
alasan apabila dia hars dirawat di rumah sakit jiwa karena dia mengalami
depresi dan ingin bunuh diri. Saya memang pernah mendengar Claire mengancam
ingin bunuh diri, namun saat itu saya tidak mengetahui seberapa serius ancaman
tersebut. Pada masa kuliah, Claire semakin tidak mudah tebak. Pada suatu
waktu dia bisa sangat marah pada kami dan mengatakan bahwa kami akn meninggalkannya
dan da kami berjalan cepat agar tidak tampak bersama dirinya. Di waktu yang
lain, dia tampak sangat putus asa dan ingin bersama-sama dengan kami.
Saya terus terang saya bingung dengan tingkah lakunya terhadap kami
teman-temannya. Saat ini, Claire sudah berusia pertengahan 30an, saya mendenga
dia suah menikah 2 kali. Pernikahan yang diawali penuh gairahan, namun berakhir
dngan kekacauan karena Claire pada akhirnya kembali dirawat di rumah sakit
jiwa. Saat ini, dia tidak lagi berhubungan dengan kedua mantan suaminya dan
merasa hidupnya sudah mulai tenang baginya. Claire mengakui bahwa dia jarang
merasa bahagia, namun dia merasa bahwa sudah lebih baik dan mampu bekerja
dengan baik sebagai agen perjalanan. Dia beberapa kali mencoba unt uk
berhubunganlagi dengan kaum pria, namun dia takut untuk menjalin hubungan yang
lebih mendalam karena pengalaman terdahulu dengan para pria.
Treatment yang diberikan:
a. Psikoterapi. Pendekatan berorientasi realitas lebih
efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar secaraa mendalam. Terapi perilaku
digunakan pada pasiem gangguan kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls
dan ledakan kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadaap kritik dan
penolakan.
Latihan keterampilan social, khususnya dengan video
tape, membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi
orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku interpersonal mereka.
b. Farmakoterapi. Antipsikotik dapat digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan
memperrbaiki mood yang terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.
II.5.2.3 Gangguan Kepribadian Histrionik
Gangguan
Kepribadian Histrionik ditandai dengan tingkah laku yang bersemangat (colorfull), dramatis atau suka
menonjolkan diri dan ekstrovert pada individu yang emosional dan mudah
terstimulasi oleh lingkungan.
Individu
dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatian dari lingkungan. Mereka
cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan mereka dan membuat
segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang sesungguhnya.
Tingkah laku
merayu (seduktif) umum terjadi baik pada kaum pria maupun wanita dengan
gangguan ini. Mereka pun kadangkala memiliki fantasi-fantasi seksual dengan
mereka akan berhubungan. Pada kenyataannya, individu dengan gangguan histrionik
biasanya memiliki masalah atau ganggan disfungsi seksual, pada kaum wanita
biasanya anorgasmik (masalah dalam orgasme) dan pada kaum prianya impoten.
Mereka melakukan tingkah laku seduktif lebih karena ingin meyakinkan diri sendiri
bahwa mereka menarik untuk lawan jenisnya.
Individu
dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-perasaan mereka
dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi dari berbagai
tindakan yang dilakukannya karena salah satu mekanisme pertahanan diri yang
mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini dalam kondisi stress,
kontak dengan realitas dapat terganggu.
Gangguan
kepribadian histrionik lebih banyak ditemukan pada perempuan ketimbang
laki-laki. Kadangkala gangguan ini bersamaan dengan gangguan somatisasi dan
penggunaan alkohol.
Dengan
bertambahnya usia, biasanya gejala-gejala gangguan kepribadian histrionik ini
akan menurun. Individu dengan gangguan ini biasanya dapat terlibat dengan
masalah hukum, penggunaan zat, dan pelacuran karena mereka selalu memiliki
tujuan untuk mencari dan mendapatkan perhatian dari lingkungan.
Contoh kasus:
Seorang wanita berusia sekitar 20-an
tahun dan telah menikah serta memiliki seorang anak yang masih bayi. Dia
dikeluhkan oleh keluarganya karena seringkali pingsan dan setelah diperiksa ke
dokter ternyata tidak di temuakan gangguan fisik apapun. Ibunya menuturkan
bahwa hingga SMP sang anak masih tidur dengan ayah dan ibunya. Seluruh
keinginannya harus dipenuhi, cenderung ”bandel” namun sangat disayang oleh
ayahnya. Sejak kecil, sang anak memang sering kali terjatuh secara
tiba-tiba, namun setelah menikah gejalanya semakin parah (sang anak menikah
karena telah hamil di luar pernikahan). Berkali-kali sang anak pingsan. Apabila
sedikit tersinggung biasanya akn langsung pingsan dan baru tidak lama kemudian
membaik setelah orang-orang di sekitarnya tampak panik membantu dia.
Tritment yang dapat diberikan
yaitu:
a.
Psikoterapi. Pasien dengan
gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan mereka yang
sesungguhnya; dengan demikian penjelasan dalam (inner feeling) mereka adalah
suatu proses yang penting. Psikoterapi berorientasi psikoanalisis, baik dalam
kelompok atau individual, adalah terapi yang terpilih untuk gangguan kepribadian
histrionik.
b.
Farmakoterapi. Farmakoterapi
dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat antiansietas untuk
kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.
II.5.2.4 Gangguan Kepribadian Narsisistik
Individu
dengan gangguan kepribadian narsisistik memiliki perasaan yang kuat bahwa
dirinya adalah orang yang penting serta individu yang unik. Mereka merasa bahwa
dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh
karena itu, mereka sangat sulit atau tidak dapat menerima kritik dari orang
lain.
Sikap mereka
mengakibatkan hubungan yang mereka miliki biasanya rentan (mudah pecah) dan
mereka dapat membuat orang lain sangat marah karena penolakan mereka untuk
mengikuti aturan yang ada.
Individu
dengan gangguan narsisistik tidak memiliki self-estem yang mantap dan mereka
rentan mengalami depresi. Masalah-masalah yang biasanya muncul karena tingkah
laku individu yang narsisistik misalnya sulit membina hubungan interpersonal,
penolakan dari orang lain, kehilangan sesuatu atau masalah dalam pekerjaan.
Prevalensi
mengalami peningkatan pada populasi dengan orang tua yang selalu menanamkan
ide-ide kepada anaknya bahwa mereka cantik, berbakat, dan spesial secara berlebihan.
Gangguan
kepribadian narsisistik merupakan gangguan yang kronis dan sulit untuk mendapat
perawatan. Mereka biasanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa usia mereka
bahwa sudah lanjut, mereka tetap menghargai kecantikan, kekuatan, dan usia muda
secara tidak wajar. Oleh karena itu, mereka lebih sulit melewati krisis pada
usia senja ketimbang individu lain pada umumnya.
Contoh kasus:
David
berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama kali datang
mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal pertemuan
tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya. Dia secara
khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model terbaru
yang dikenakannya dan juga sepatu barunya. David juga bertanya kepada terapis
tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang ditangani
terpis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang berhubungan
dengan yang terbaik dibidangnya. David bercerita tentang kesuksesannya dalam
bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan bukti apapun yang
memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah hukum, dia adalah
seorang work-aholic, penuh dengan fantasi akan keberhasilannya sehingga tidak
memiliki waktu untuk istrinya. Setelah anak mereka lahir, David semakin sedikit
menghabiskn waktu bersama keluarganya. Tidak lama setelah dia memiliki
pekerjaan yang mapan, David menceraikan istrinya karena tidak lagi membutuhkan
bantua ekonomi dari sang istri. Setelah perceraian tersebut, david memutuskan
bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat suka
menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan mengias apartemennya
dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia juga seringkali
berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam pergaulannya, David
merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian semua orang. Dia pun
merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran yang akan diraihnya,
mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki kekayaan berlimpah.
Treatment yang dapat diberikan
yaitu:
a.
Psikoterapi. Mengobati gangguan
kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus meninggalkan narsismenya jika
ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heiz
Kohut menganjurkan pemakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan
perubahan.
b.
Farmakoterapi. Lithium (Eskalith)
digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari
gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka antidepresan juga
dapat digunakan.
II.5.3 Kelompok C
Terdiri dari
gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsesif-kompulsif. Individu
dengan gangguan kepribadian semacam ini tampak selalu cemas dan ketakutan.
II.5.3.1 Gangguan Kepribadian Menghindar (Avoidant)
Kunci dari individu dengan gangguan
kepribadian menghindar adalah sangat sensitif terhadap penolakan, sehingga
akhirnya yang tampak adalah tingkah laku menarik diri. Individu dengan gangguan
ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan kemungkinan adanya
kritik, penolakan atau ketidaksetujuan, sehingga merasa enggan untuk menjalin
hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia akan diterima.
Individu tersebut bahkan terkadang
menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan kontak interpersonal. Dalam situasi
sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena sangat amat takut mengatakan
sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda lain dari kecemasan. Ia
merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak berani
mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.
Individu dengan gangguan kepribadian
menghindar biasanya tidak memiliki teman dekat. Secara umum dapat dikatakan
bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah malu-malu. Biasanya individu
dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya memiliki sejarah fobia sosial
atau malahan menjadi fobia sosial dalam perjalanan gangguannya.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria dari avoidant
personality disorder adalah sebagai berikut:
- Penghindaran terhadap kontak interpersonal karena takut kritik dan penolakan.
- Ketidakmampuan untuk terlibat dengan orang lain kecuali ia merasa yakin akan disukai atau diterima.
- Kekakuan dalam hubungan yang intim karena takut dipermalukan atau dicemooh.
- Perhatian yang berlebihan terhadap kritik atau penolakan.
- Perasaan tidak mampu.
- Perasaan inferior.
- Keengganan yang ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan.
Contoh kasus :
Jane tumbuh
dan dibesarkan oleh seoarang ibu yang merupakan pecandu alkohol dan sering kali
melakukan penyiksaan terhadap jane baik secara fisik maupun verbal. Sejak kecil
jane menganggap bahwa perilaku ibunya disebabkan karena dirinya sangat tidak
berharga hingga layak diperlakukan seperti itu. Saat ini jane telah berusia
akhir 20an tahun dan dia tetap berharap bahwa dirinya akan ditolak oleh orang
lain, begitu orang lain menyadari bahwa dirinya tidak berharga atau buruk.
Selain itu jane sangat kritis terhadap dirinya sendiri dan selalu meramalkan
bahwa dirinya tidak akan dapat diterima oleh lingkungan. Dia selalu berfikir
bahwa orang lain tidak akan menyukai dirinya, bahwa orang lain akan melihat
dirinya sebagai pecundang dan dia tidak mungkin dapat melawan hal-hal
itu.apabila seorang penjual koran tidak tersenyum pada jane, maka secara
otomatis jane akan berfikir bahwa itu disebabkan karena dirinya tidak berharga
dan tidak disukai oleh orang lain. Setelah itu dia akan merasa sangat sedih .
bahkan ketika jane mendapatkan respon yang positif dari teman-temannya, dia
tidak pernah memperdulikan hal itu. jane lebih terfokus pada pemikirannya
sendiri. Oleh karena itu dia hanya memiliki sedikit teman dan tidak ada satupun
yang dekat dengan dirinya (sumber: Barlow & Durand,1995).
Treatment yang
dapat diberikan untuk penderita gangguan kepribadian avoidant (menghindar)
yaitu :
a.
Psikoterapi. Ahli terapi mendorong
pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan apa yang dirasakan mereka
memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan. Tetapi ahli terapi
harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan sosial
yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien
yang telah buruk. Terapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan
mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih
ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk
mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga
diri mereka.
b.
Farmakoterapi. Beberapa pasien
tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan
gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang
menakutkan.
II.5.3.2 Gangguan Kepribadian Dependen
Individu
dengan gangguan kepribadian dependen cenderung meminta orang lain untuk memikul
tanggung jawab terhadap diri mereka, tidak percaya diri, merasa tidak nyaman
apabila harus sendirian (walaupun dalam jangka waktu yang singkat). Mereka
cenderung submisif atau patuh.
Individu
dengan gangguan ini pun tidak mampu membuat suatu keputusan tanpa adanya
nasehat, saran serta dukungan yang sangat banyak dari lingkungannya. Mereka
berusaha menghindar dan tidak bersedia posisi yang sarat dengan tanggung jawab
serta menjadi cemas apabila harus berperan sebagai pemimpin. Mereka lebih
memilih menjadi individu yang submisif yang patuh dan mengikuti orang lain.
Pesimisme, keraguan diri, pasivitas, dan ketakutan untuk mengekspresikan
perasaan seksual dan agresif menandai perilaku gangguan kepribadian dependen
Individu
dengan kepribadian dependen cenderung mengalami kesulitan dalam fungsi
pekerjaan apabila mereka dituntut untuk bekerja secara mandiri dan tidak
disertai adanya pengawasan. Hubungan sosial yang mereka jalin terbatas hanya
pada orang-orang dimana mereka dapat bergantung.
Menurut
teori psikodinamika, gangguan ini timbul karena adanya regresi atau fiksasi
pada masa oral karena orang tua yang sangat melindungi atau orang tua yang
mengabaikan kebutuhan tergantung. Pendekatan kognitif-behavioral mengemukakan
bahwa penyebabnya adalah karena kurang asertif dan kecemasan dalam membuat
keputusan.
Berdasarkan
DSM-IV-TR, kriteria gangguan kepribadian dependen yaitu sebagai berikut:
- Kesulitan dalam mengambil keputusan tanpa nasihat dan dukungan yang berlebihan dari orang lain.
- Kebutuhan terhadap orang lain untuk memikul tanggung jawab dalam hidupnya.
- Kesulitan dalam mengatakan atau melakukan penolakan terhadap orang lain karena takut kehilangan dukungan dari orang lain.
- Kesulitan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu sendiri karena kurang percaya diri.
- Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan baginya sebagai cara untuk memperoleh penerimaan dan dukungan dari orang lain.
- Perasaan tidak berdaya ketika sendiri karena kurang percaya pada kemampuan diri dalam menyelesaikan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
- Segera mencari hubungan baru ketika hubungan yang sedang terjalin telah berakhir.
- Sangat ketakutan untuk mengurus atau menjaga diri sendiri.
Contoh kasus:
Seorang
laki-laki berusia sekitar 40th dan telah menikah datang dengan keluhan sulit
untuk mengambil keputusan dan merasa tidak nyaman dengan jabatannya di
perusahaan. Saat ini ia menjabat sebagai kepala administrasi. Jabatan
sebelumnya adalah staf administrasi. Sebelumnya dia merasa nyaman karena hanya
bekerja dibelakang meja dan menerima perintah dari atasan. Setelah
dipromosikan, akhirnya dia menjadi seorang pemimpin dan harus mengambil
keputusan. Biasanya dia akan langsung merasakan cemas hingga deg-degan apabila
harus mengambil keputusan. Akhirnya dia menunda keputusan itu, namun kemudian
menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan. Kondisi didalam
keluarganya pun tidak jauh berbeda, seluruh keputusan diserahkan kepada
istrinya, bahkan dia tidak pernah memilih atau membeli baju sendiri.selama
bekerja dia selalu menghindar untuk pergi tugas keluar kota. Alasannya karena
tidak ingin jauh dari istri dan yidak memungkinkan pula bagi istrinya untuk
ikut pindah ke luar kota. Setelah ditelusuri diketahui bahwa ibunya telah
meninggal dunia ketika remaja, padahal iu orang terdekat baginya. Sejak saat
itu, ayahnya memegang peranan menentukan segala hal bagi dia, mulai dari
memilih sekolah hingga pekerjaan. Walupun tidak suka, biasanya dia menuruti
instruksi dari ayahnya.
Treatment yang
dapat diberikan yaitu:
a.
Psikoterapi. Terapi gangguan
kepribadian dependen seringkali berhasil, yaitu dengan proses
kognitif-behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada pasien, melatih
ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Terapi perilaku, terapi keluarga
dan terapi kelompok semuanya telah digunakan dengan keberhasilan pada banyak
kasus.
b.
Farmakoterapi. Pasien yang mengalami
serangan panik atau memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin
tertolong oleh imipramine (Tofranil). Benzodiazepine dan obat serotonergik
dapat berguna.
II.5.3.3 Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Obsessive-compulsive personality
disorder, yaitu gangguan pada individu yang mempunyai gaya hidup yang
perfeksionis.Gangguan ini ditandai dengan tingkah laku yang keras kepala,
kebimbangan, sangat teratur, dan cenderung mengulang-ulang sesuatu hal. Kunci
utama dari gangguan ini adalah kecenderungan perfeksionis dan tidak fleksibel
yang sudah menetap pada diri individu. Sebagai contoh: individu dengan gangguan
ini terus menerus mengecek seluruh kunci pintu di rumah karena mereka merasa
takut pada pencuri, mencuci tangan terus-menerus kadangkala hingga kulit tangan
menjadi luka.
Individu dengan obsessive-compulsive
personality bersifat perfeksionis, sangat memperhatikan detail, aturan, jadwal,
dan sebagainya. Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif sangat
memperhatikan detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang
dikerjakannya. Ia lebih berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai
dan sangat sulit mengambil keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain
itu, ia juga sangat sulit mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri
pada hal-hal yang tidak seharusnya. Biasanya ia memiliki hubungan interpersonal
yang kurang baik karena keras kepala dan meminta segala sesuatu dilakukan
sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum digunakan sebagai julukan bagi
individu seperti itu adalah “control freak”. Individu dengan gangguan
kepribadian ini pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel,
terutama berkaitan dengan isu-isu moral. Ia tidak mampu membuang objek yang
tidak berguna, walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, ia juga
pelit atau kikir.
Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria obsesif-kompulsif yaitu sebagai berikut: (9)
·
Terfokus
secara berlebihan pada aturan dan detail sehingga poin utama suatu aktivitas
terabaikan
·
Perfeksionis
ekstrem hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang terselesaikan
·
Menganut
norma etik dan norma yang tinggi serta patuh secara berlebihan
·
Pengabdian
berlebihan padaa pekerjaan hingga mengabaikaan kesenangan dan persahabatan
·
Tidak
fleksibel
·
Sulit
membuang benda-benda yang tidak berarti
·
Kikir dan
keras kepala
·
Bila
dipaksa bekerja tanpa pengawasan akan cemas, marah, benci, dan curiga terhadap
atasannya.
Contoh kasus:
Samantha Hancox, 40 tahun, warga negara Inggris,
meninggal karena ketakutan berlebihan terhadap bakteri. Selama 18 tahun
terakhir, ia hanya sekali meninggalkan rumahnya karena takut terpapar bakteri.
Dalam sehari, Hancox menghabiskan 20 jam untuk mandi dan membersihkan tubuhnya
dari bakteri. Puncak ketakutannya terjadi saat ia takut bakteri akan menyebar
melalui makanan dan minumannya. Akhirnya ia meninggal karena dehidrasi dan
infeksi kulit (akibat terlalu sering menggosok tubuh). Rasa takut bisa berbahaya
bila berlebihan.(8)
Treatment yang dapat diberikan yaitu:
a.
Psikoterapi. Tidak seperti gangguan
kepribadian lainnya, pasien gangguan kepribadian obsesif-kompulsif seringkali
tahu bahwa mereka sakit dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Asosiasi bebas
dan terapi yang tidak terlalu mengarahkan sangat dihargai oleh pasien gangguan
ini. Terapi kelompok dan terapi perilaku biasanya memberikan manfaat tertentu.
Pada kedua konteks, mudah untuk memutuskan pasien ditengah-tengah interaksi
atau penjelasan maladaptif mereka. Melengkapi perilaku kebiasaan mereka
mencegah meningkatkan kecemasan pasien dan menyebabkan mereka mudah mempelajari
strategi baru.
b.
Farmakoterapi. Clonazepam (Klonopin)
adalah suatu benzodiazepine dengan antikonvulsan, pemakaian obat ini untuk
menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
parah. Clomipramine (Anafranil) dan obat serotonergik tertentu seperti
fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif timbul.
II.5.4 Beberapa sudut pandang teoritis dalam membahas gangguan kepribadian
Berikut ini
akan dijelaskan 5 buah sudut
pandang teoritis untuk membahas penyebab gangguan kepribadian yang telah
diuraikan diatas:
a.
Sudut pandang psikodinamik
Sudut pandang psikodinamik berusaha
mencari asal muasalnya gangguan kepribadian dari masa anak-anak. Adanya abuse
atau penyiksaan dari orang tua pada masa anak-anak membuat pasien (individu
dengan gangguan kepribadian) memandang seluruh lingkungannya sebagai mengancam
dan jahat. Gangguan narsistik terbentuk sebagai mekanisme pertahanan diri dari
individu dengan self esteem yang rendah dan dianggap sebagai akibat dari
kegagalan orang tua untuk merespon anaknya dengan penghargaan, kehangatan,
kasih sayang dan empati.
Pendekatan psikodinamika sering
digunakan untuk menolong orang yang didiagnosis dengan gangguan kepribadian
agar menjadi lebih sadar akan akar dari pola perilaku self-defeating mereka dan
belajar cara yang lebih adaptif dalam berhubungan dengan orang lain. Kemajuan
dalam terapi dapat terhambat oleh kesulitan dalam bekerja secara terapeutik
dengan orang yang menderita gangguan kepribadian.
Berdasarkan sudut pandang ini,
penanganan bagi individu dengan gangguan kepribadian adalah dengan menemukan
asal mula penyebab masalah, serta memberikan dukungan dan bimbingan yang
diperlukan individu untuk keluar dari masalahnya.
b.
Sudut pandang biologis
Sudut pandang ini melihat bahwa
terjadinya gangguan kepribadian lebih karena faktor genetik, diturunkan dari
orang tuanya. Asumsi ini paling jelas
ditunjukkan individu-individu yang mengalami gangguan kepribadian skizotipal.
Selain itu ditemukan pula bahwa sistem saraf yang pada individu dengan gangguan
kepribadian anti sosial berbeda dengan individu yang tidak memiliki gangguan
tersebut.
Terapi obat tidak secara langsung
menangani gangguan kepribadian. Meski demikian obat anti depresif atau anti
kecemasan kadang digunakan untuk menangani stress emosional yang dialami oleh
individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak mengubah pola persisten
dari perilaku maladaptif yang dapat menyebabkan distress. Meski demikian,
sebuah penelitian mengidentifikasikan bahwa antidepresi Prozac dapat mengurangi
perilaku agresifdan iritabilitas dalam diri individu dengan gangguan
kepribadian yang impulsif dan agresif.
Oleh karena itu, salah satu
penanganan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat-obatan, misalnya prozac
untuk individu dengan tingkah laku yang impulsif.
c.
Sudut pandang sistem keluarga (family system)
Sudut pandang sistem keluarga memfokuskan
diri pada pola asuh orang tua yang tidak adekuat dan dapat menimbulkan stress
pada anak-anak. Hal itu dapat membuat individu rentan terkena gangguan
kepribadian. Sebagai contoh, orang tua yang menyiksa anaknya, menolak atau
menelantarkan anak mereka, serta pola asuh yang inkonsisten dan tidak adekuat
meningkatkan resiko terjadinya gangguan kepribadian antisosial setelah anak
tersebut dewasa.
Terapis perilaku ini memandang tugas
mereka adalah untuk mengubah perilaku klien dan bukan struktur kepribadian
mereka.banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berpikir kerangka
“kepribadian” klien, namun dalam perilaku maladaptif yang dipertahankan oleh
kemungkinan adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada
usaha untuk merubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif melalui
penggunaan teknik pemusnaha, modeling, dan reinforcement. Jika klien diajarkan
perilaku yang cenderung dikuatkan orang lain, maka perilaku baru tersebut akan
dipertahankan
Oleh karena itu, penangan yang
disarankan dari sudut pandang ini adalah dengan melakukan terapi keluarga dan
melakukan berbagai pendidikan dan dukungan orang tua, misalnya dalm hal
mengasuh dan mendidik anak.
d.
Sudut pandang behavioral
Sudut pandang ini memberikan contoh
suatu penelitian yang dilakukan pada individu dengan gangguan kepribadian
antisosial. Penelitian tersebut menuturkan bahwa individu dengan gangguan
kepribadian tersebut tidak berhasil mempelajari pola bahwa mereka sebaiknya
menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Alasannya karena mereka tidak
memiliki kecemasan yang tidak memadai dan tidak terlalu memberikan perhatian
dan pemberian hukuman. Hal yang terganggu adalah kemampuan individu untuk
mempelajari sesuatu.
penanganan gangguan kepribadian yang
dianjurkan adalah dengan mengidentifikasi dan memperbaiki keterampilan ataupun
kemampuan individu yang tidak memadai ataupun lemah.
e.
Sudut pandang kognitif
Sudut pandang kognitif menuturkan
bahwa terjadi gangguan kepribadian karena individu memiliki keyakinan (belief)
yang maladaptif mengenai dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan
disekitarnya. Misalnya keyakinan bahwa dirinya adalah seorang yang spesial dan
orang lain tidak, apabila terus menerus ditekankan maka individu tersebut
memiliki kecenderungan kearah gangguan kepribadian narsistik. Oleh karena itu ,
penanganan yang biasa dilakukan adalah dengan membina hubungan pasien terapis
yang erat dan sehat sehingga terapis secara bertahap mampu merubah dan
memperbaiki keyakinan yang salah pada klien.
RINGKASAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
siapa saja berpotensi untuk mengalami gangguan kepribadian. Karena gangguan
kepribadian tidak saja disebabkan oleh faktor genetika (dapat diturunkan), tapi
juga dipengaruhi oleh faktor temperamental, faktor biologis (hormon,
neurotransmitter dan elektrofisiologi), dan faktor psikoanalitik (yaitu adanya
fiksasi pada salah satu tahap di masa perkembangan psikoseksual dan juga
tergantung dari mekanisme pertahanan ego orang yang bersangkutan).
Dalam DSM-IV, gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kelompok dan
masing-masing kelompok terdapat beberapa gangguan kepribadian dengan
karakteristik yang khas dan berbeda-beda satu sama lain. Hampir semua gangguan
kepribadian dapat disembuhkan baik melalui psikoterapi (terapi kejiwaan) maupun
farmakoterapi (terapi obat-obatan), dengan teknik penyembuhan yang berbeda-beda
untuk masing-masing gangguan kepribadian.
DAFTAR PUSTAKA
- Janoko, “Person Centered by Carl Roger”. http://janokogalls. blogspot. com/ 2011/12/ makalah-gangguan-kepribadian.html?m=1.(diakses tanggal 20 Juli 2012)
- Ardiansyah, farel, “Gangguan Kepribadian”. http://ml.scribd.com/doc/80327280/ gangguan-kepribadian. (diakses tanggal 22 Juli 2012)
- B F Syamsir danYusuf Syafri. 1987. Diktat Penuntun Kuliah Psikiatri paket 1. Medan: FK-USU Medan hal 25-30
- Kaplan, Harold I, dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri, Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara
- Maramis Willy F dan Maramis Albert A. 2009. Catatan Ilmu kedokteran Jiwa, Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press hal 36-38 dan 325-341
- Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2001. PPDGJ III, hal 100-106
- Ewintri, “Gangguan Kepribadian Skizotipal (Schizotypal Personality Disorder). http://ewintri.wordpress.com/2012/01/04/gangguan-kepribadian-skizoid-schizoid-personality-disorder/.(diakses tanggal 22 Juli 2012)
- Rachmita, dwi Lativa, dkk, “Contoh Kasus” dalam “Abnormal Psychology”. http://abnormalpsy.blogspot.com/2011/08/contoh-kasus.html. (diakses tanggal 23 Juli 2012)
- Putri, Eka Hadiani, “Makalah Gangguan Kepribadian” http://hadianiekaputri. blogspot. com/2010/11/makalah-gangguan-kepribadian.html. (diakses tanggal 22 Juli 2012)
- Anne-Marin B. Cooper, M.D, “Antisocial Personality Disorder (APD). http://www.health.am/psy/antisocial-personality-disorder/. (diakses tanggal 10 Agustus 2012)
0 komentar:
Posting Komentar