PENDAHULUAN
Penyakit
sifilis atau yang dikenal dalam istilah indonesia disebut raja singa, penyakit
ini tidak dapat diabaikan karena merupakan penyakit yang berat. Hampir semua
alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu
wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin
sehingga menyebabkan sifilis konginetal yang dapat menyebabkan kelainan bawaan
dan kematian.1,2
DEFINISI
Sifilis
adalah salah satu Penyakit Menular Seksual ( PMS ) yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai
beberapa sifat , yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronik, dalam
perjalanannya menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam
penyakit , mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali(rekuren),dan dapat di tularkan
dari ibu ke janin sehingga menimbulkan kelainan kongenital. Selain melalui ibu
ke janinnya dan melalui hubugan seksual, sifilis juga bisa ditularkan melalui
luka, tranfusi dan jarum suntik. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis
dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat
berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat
kelamin. 1,2
EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum
dikenal di Eropa. Ada yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian
yang dibawa oleh anak bush Columbus waktu mereka kembali ke
Spanyol pada tahun 1492. Pada tahun1494
terjadi epidemi di Napoli. Pada
abad ke-18 baru di ketahui bahwa penularan sifilis dan gonore disebabkan oleh
sanggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama. 2
Insidens
sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996
berkisar antara 0,04 -0,52%.
Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi diAmerika Selatan. Di
Indonesia insidensnya 0,61%.2
WHO memperkirakan bahwa terdapat 12 juta kasus
baru pada tahun 1999,dimana lebih dari 90% terdapat di negara berkembang. 1
ETIOLOGI
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh
Schaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae, dan genus Treponema.
Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 µm, lebar 0,15 µm,
terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan.Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan
pembuka botol.Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif
terjadi setiap tiga puluh jam. 2
Klasifikasi sangat sulit dilakukan, karena spesies
Treponema tidak dapat dibiakkan in vitro. Sebagai dasar diferensiasi terdapat 4
spesies yaitu Treponema pallidum sub
species pallidum yang menyebabkan sifilis, Treponema pallidum sub species
pertenue yang menyebaban frambusia, Treponema pallidum sub speciesendemicum yang
menyebabkan bejel, Treponema
carateum menyebabkan pinta. 3
Bakteri
ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau
mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai kekelenjar
getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui alirandarah. Sifilis
juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat
bawaan. 4
PATOFISIOLOGI
A. Stadium dini
T. pallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui sanggama. Kuman tersebut
membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel
limfosit dan sel- sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh-pembuluh
darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. Pallidum dan sel-sel
radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan
jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah
kecilmenyebabkan perubahan hipertrofik endotelium yang menimbulkan obliterasi
lumen(enarteritis obliterans).
Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis
tampak sebagai S I. 2
Sebelum S I
terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen
dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen danmenyebar ke
semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian.Multiplikasi
ini diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II, yang terjadi enam sampaidelapan
minggu sesudah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di
tempattersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas
danakhirnya sembuh berupa sikatriks. SII jugs mengalami regresi perlahan-lahan
dan lalu menghilang.2
Tibalah stadium laten yang tidak
disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat. Sebagai
contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayidengan sifilis
kongenital. 2
B. Stadium lanjut
Stadium laten
dapat berlangsung bertahun-tahun, dimana treponema didapatkan dalam keadaan
dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.Keseimbangan
antara treponema dan jaringan dapat sewaktu - waktu berubah,sebabnya belum
jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor predisposisi. Pada saat itu
muncullah S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan
T. pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun.
Setelah mengalami masa laten yang bervariasi guma tersebut timbul di
tempat-tempat lain. 2
GAMBARAN KLINIS
A.
Sifilis primer
(S I)
Sifilis primer
biasanya ditandai oleh tukak tunggal (disebut chancre ), tetapi bisa juga terdapat tukak lebih dari satu. 3,5
Tukak dapat
terjadi di daerah genitalia eksterna manapun, 3 minggu setelah kontak. Lesi
awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras karena terdapat
indurasi. Permukaan dapat tertutup krusta dan terjadi ulserasi. Ukurannya
bervariasi dari beberapa mm sampai dengan 1- 2 cm. Bagian yang mengelilingi
lesi meninggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi bakteri lain, maka
akan berbentuk khas dan hampir tidak ada rasa nyeri. Kelainan tersebut
dinamakan afek primer. Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus koronarius,
sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain itu juga dapat di ekstragenital,
misalnya di lidah, tonsil, dan anus.2 Pada pria selalu
disertai pembesaran kelenjar limfe inguinal medial unilateral/bilateral. 3
Seminggu setelah afek primer, biasanya terdapat
pembesaran kelenjar getah bening regional di inguinalis medialis.
Keseluruhannya disebut kompleks primer.Kelenjar tersebut solitar, indolen,
tidak lunak, besamya biasanya lentikular, tidak supuratif, dan tidak
terdapat periadenitis.Kulit di atasnya tidak menunjukkan tanda-tanda radang
akut. 2
|
Afek primer
tersebut sembuh sendiri antara tiga sampai sepuluh minggu. Istilah syphilis
d'emblee dipakai, jika tidak terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan
yang lebih dalam, misalnya pada transfusi darah atau suntikan. 2
B.
Sifilis sekunder
(SII)
Biasanya S II
timbul setelah enam sampai delapan minggu sejak S I dan sejumlah sepertiga
kasus masih disertai S I. Lama S II dapat sampai sembilan bulan.Berbeda dengan
S I yang tanpa disertai gejala konstitusi, pada S II dapat disertai gejala
tersebut yang terjadi sebelum atau selama S II. Gejalanya umumnya tidak
berat, berupa anoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri kepala, demam
yang tidak tinggi, dan artralgia. 2
Manifestasi
klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit,selaput lendir,
dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise. Juga adanya kelainankulit dan
selaput lendir dapat diduga sifilis sekunder, bila ternyata pemeriksaan
serologis reaktif. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa makula, papul,
folikulitis, papula-skuamosa, dan pustul. Jarang dijumpai keluhan gatal.
Lesi vesiko-bulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital. 3
Kelainan kulit
dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the great
imitator. Selain memberi kelainan pada kulit, SII dapat juga memberi
kelainan pada mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang, dan
saraf. 2 Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan ( malaise ),
kehilangan nafsu makan, mual, lelah,demam
dan anemia. 4
|
Pada S II yang
masih dini sering terjadi kerontokan rambut, umumnya bersifat difus dan tidak
khas, disebut alopecia difusa. Pada S
II yang lanjut dapat terjadi kerontokan setempat, tampak sebagai bercak yang
ditumbuhi oleh rambutyang tipis, jadi tidak botak seluruhnya, seolah-olah
seperti digigit ngengat dan disebut alopesia
areolaris. 2,5
Gejala dan tanda sifilis sekunder dapat hilang tanpa pengobatan, tetapi
bilatidak diobati, infeksi akan berkembang menjadi sifilis
laten atau sifilis stadium lanjut. 6
C.
Sifilis laten
Sifilis laten
merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi pemeriksaan
serologis reaktif. Dalam perjalanan penyakit sifilis selalu melalui tingkat laten,
selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Akan tetapi bukan berarti penyakit akan
berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis lanjut, berbentuk gumma,
kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler. 3 Tes serologik
darah positif, sedangkan tes
likuor serebrospinalis negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA. 2,3
Fase ini bisa
berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang
hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius kembali muncul
. 4
D.
Sifilis Lanjut
Perbedaan karakteristik sifilis dini dan sifilis
lanjut ialah sebagai berikut: 3
1.
Pada sifilis
dini bersifat infeksius, pada sifilis lanjut tidak, kecuali
kemungkinan pada wanita hamil.
2.
Pada sifilis
dini hasil pemeriksaan lapangan gelap ditemukan T.pallidum, pada sifilis lanjut tidak ditemukan.
3.
Pada sifilis
dini infeksi ulang dapat terjadi walau telah diberi pengobatan yang cukup,
sedangkan pada sifilis lanjut sangat jarang.
4.
Pada sifilis
dini tidak bersifat destruktif, sedangkan pda sifilis lanjut destruktif.
5.
Pada sifilis
dini hasil tes serologis selalu reaktif dengan titer tinggi, setelah
diberi pengobatan yang adekuat akan berubah menjadi non reaktif atau titer
rendah,sedangkan pada sifilis lanjut umumnya reaktif, selalu dengan titer
rendah dansedikit atau hampir tidak ada perubahan setelah diberi pengobatan.
Titer yangtinggi pada sifilis lanjut dijumpai pada gumma dan paresis.
E.
Sifilis laten
lanjut
Biasanya tidak
menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan te sserologik. Lama masa laten
beberapa tahun hingga bertahun-tahun, bahkan dapat seumur hidup. Likuor
serebrospinalis hendaknya diperiksa untuk menyingkirkan neurosifilis
asimtomatik. Demikian pula sinar-X aorta untuk melihat, apakah ada aorititis. 2
F.
Sifilis tersier
(S III)
Lesi pertama umumnya terlihat antara tiga sampai
sepuluh tahun setelah S I. Kelainan yang khas ialah guma, yakni infiltrat
sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan
destruktif. 2
Besar guma bervariasi dari lentikular sampai sebesar
telur ayam. Kulit diatasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut
dan dapat digerakkan. setelah beberapa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari
tengah, tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa dan livid
serta melekat terhadap guma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah
cairan seropurulen, kadang-kadang sanguinolen; pada beberapa kasus disertai
jaringan nekrotik. 2
Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya
lonjong/bulat,dindingnya curam, seolah-olah kulit tersebut terdorong ke luar.
Beberapa ulkus berkonfluensi sehingga membentuk pinggir yang polisiklik.
Jikatelah menjadi ulkus,maka infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula
sebagai benjolan menjadi datar.Tanpa pengobatan guma tersebut akan bertahan
beberapa bulan hingga beberapa tahun. Biasanya guma solitar, tetapi dapat pula
multipel, umumnya asimetrik. Gejala umum biasanya tidak terdapat, tetapi jika
guma multipel dan perlunakannya cepat,dapat
disertai demam. 2
Selain guma,
kelainan yang lain pada S III ialah nodus. Mula-
mula di kutan kemudian ke epidermis, pertumbuhannya lambat yakni beberapa
minggu/bulan dan umumnya meninggalkan sikatriks yang hipotrofi. Nodus
tersebut dalam perkembangannya mirip guma, mengalami nekrosis di tengah
dan membentuk ulkus.Dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik.
Perbedaannya dengan guma, nodus lebih superfisial dan lebih kecil (miliar
hingga lentikular), lebih banyak, mempunyai kecenderungan untuk bergerombol
atau berkonfluensi; selain itu tersebar (disemi-nata). Warnanya merah
kecoklatan. 2
Nodus-nodus yang
berkonfluensi dapat tumbuh secara
serpiginosa.Bagian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti lilin dan
disebut psoriasiformis. Kelenjar getah bening regional tidak membesar.
Kelainan yang jaran gialah yang disebut nodositas juxta articularis berupa nodus-nodus subkutan yang fibrotik,
tidak melunak, indolen, biasanya pada sendi besar. 2
S III pada mukosa
Guma jugs
ditemukan di selaput lendir, dapat setempat atau menyebar. Yangsetempat
biasanya pada mulut dan tenggorok atau septum nasi. Seperti biasanya akan melunak
dan membentuk ulkus, bersifat destruktif jadi dapat merusak tulang rawan septum
nasi atau palatum mole hingga terjadi perforasi. Pada lidah yang tersering ialah
guma yang nyeri dengan fisur-fisur tidak teratur serta leukoplakia. 2
S III pada tulang
Paling sering
menyerang tibia, tengkorak, bahu, femur, fibula, dan humerus.Gejala nyeri, biasanya
pada malam had. Terdapat dua bentuk, yakni periostitisgumatosa dan osteitis
gumatosa, kedua-duanya dapat didiagnosis dengan sinar-X. 2
S III pada alat dalam
Hepar merupakan
organ intra abdominal yang paling sering diserang. Guma bersifat multipel,
jika sembuh terjadi fibrosis, hingga hepar mengalami retraksi,membentuk
lobus-lobus tidak teratur yang disebut hepar lobatum. 2
Esofagus dan
lambung dapat pula dikenai, meskipun jarang. Guma dapat menyebabkan fibrosis.
Pada paru juga jarang, guma solitar dapat terjadi di dalam atau di luar bronkus;, jika sembuh terjadi fibrosis
dan menyebabkan bronkiektasi. Guma dapat
menyerang ginjal, vesika urinaria, dan prostat, meskipun jarang. S III
padaovarium jarang, pada testis kadang-kadang berupa guma atau fibrosis
interstisial,tidak nyeri, permukaannya rata dan unilateral. Kadang-kadang
memecah ke bagian anterior skrotum. 2
G.
Sifilis
kardiovaskuler
Sifilis
kardiovaskular bermanifestasi pada S III, dengan masa laten 15-30tahun. Umumnya mengenai usia 40-50 tahun. Insidens
pada pria lebih banyak tiga kali daripada wanita.2
Biasanya
disebabkan karena nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup.Tanda-tanda
sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk
kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akansangat mudah
dikenal. Secara teliti harus diperiksa kemungkinan adanya hipertensi,
arteriosklerosis, penyakit jantung rematik sebelumnya. Aneurismsaorta torakales
merupakan tanda sifilis kardiovaskuler. Bila ada insufisiensi aortatanpa
kelainan katup pada seseorang yang setengah umur disertai pemeriksaanserologis
darah reaktif, pada tahap pertama hares diduga sifilis kardiovaskuler,sampai
dapat dibuktikan lebih lanjut. Pemeriksaan serologis umumnya menunjukkan
reaktif.3
H.
Neurosifilis
Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat
asimtomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. 2,3 Pada
semua jenis neurosifilis terjadi perubahan berupaendarteritis obliterans pada
ujung pembuluh darah disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau
belum menunjukkan gejala pada saat pemeriksaan. 3
Neurosifilis dibagi menjadi empat macam: 2,3,4
·
Neurosifilis
asimtomatik.
·
Sifilis
meningovaskular (sifilis serebrospinalis), misalnya meningitis,meningomielitis,
endarteritis sifilitika
·
Sifilis
parenkim: tabes dorsalis dan demensia paralitika.
·
Guma
1.
Neurosifilis
asimtomatik
Diagnosis berdasarkan kelainan pada likuor serebrospinalis.
Kelainan tersebut belum cukup memberi
gejala klinis. 2
2.
Sifilis
meningovaskular
Terjadi inflamasi vaskular
dan perivaskular. Pembuluh darah di otak dan medula spinalis mengalami
endarteritis proliferatif dan infiltrasi perivaskular berupalimfosit, sel
plasma, dan fibroblas.2
Pembentukan
jaringan fibrotik menyebabkan terjadinya fibrosis sehingga perdarahannya berkurang akibat mengecilnya
lumen. Selain itu jugA dapat terjadi trombosis
akibat nekrosis jaringan karena terbentuknya gums kecil multipel. 2
Bentuk ini terjadi beberapa bulan hingga lima tahun sejak S I. Gejalanya bermacam-macam bergantung pada letak lesi.
Gejala yang sering terdapat ialah:nyeri kepala, konvulsi fokal atau umum, papil
nervus optikus sembab, gangguan mental, gejala-gejala meningitis basalis dengan
kelumpuhan saraf-saraf otak, atrofinervus optikus, gangguan
hipotalamus, gangguan piramidal, gangguan miksi dan defekasi, stupor, atau
koma. Bentuk yang sering dijumpai ialah endarteritis
sifilitika dengan hemiparesis karena penyumbatan arteri otak. 2
3.
Sifilis parenkim
Termasuk
golongan ini ialah tabes dorsalis dan demensia paralitika : 2,3
Tabes dorsalis
Timbulnya antara
delapan sampai dua betas tahun setelah infeksi pertama.Kira-kira seperempat
kasus neurosifilis berupa tabes dorsalis. Kerusakan terutama pada radiks
posterior dan funikulus dorsalis daerah torako-lumbalis. Selain
itu beberapa saraf otak dapat terkena, misalnya nervus optikus, nervus
trigeminus, dannervus oktavus. Gejala
klinis di antaranya ialah gangguan sensibilitas berupa ataksia,arefleksia,
gangguan virus, gangguan rasa nyeri pada kulit, dan jaringan dalam.Gejala lain ialah retensi dan inkontinensia urin.
Gejala tersebut terjadi berangsur-angsur terutama akibat demielinisasi
dan degenerasi funikulus dorsalis. 2
Demensia paralitika
Penyakit ini
biasanya timbul delapan sampai sepuluh tahun sejak infeksi primer, umumnya
pada umur antara tiga puluh sampai lima puluh tahun.Sejumlah 10-15% dari seluruh
kasus neurosifilis berupa demensia paralitika.Prosesnya ialah
meningoensefalitis yang terutama mengenai otak, ganglia basal, dan daerah
sekita rventrikel ketiga. Lambat laun terjadi atrofi pada korteks dansubstansi
albs sehingga korteks menipis dan terjadi hidrosefalus.2
Gejala klinis
yang utama ialah demensia yang terjadi berangsur-angsur dan progresif.
Mula-mula terjadi kemunduran intelektual, kemudian kehilangan dekorum, bersikap
apatis, euforia, waham megaloman, dan dapat terjadi depresif atau maniakal.
2
Gejala lain di
antaranya ialah disartria, kejang-kejang umum atau fokal,muka topeng, dan
tremor terutama otot-otot muka. Lambat laun terjadi kelemahan, ataksia,
gejala-gejala piramidal, inkontinensia urin, dan akhirnya meninggal. 2
4.
Guma
Umumnya terdapat
pada meningens, rupanya terjadi akibat perluasan pada tulang tengkorak. Jika
membesar akan menyerang dan menekan parenkim otak. Guma dapat solitar atau
multipel pada verteks atau dasar otak. 2
Keluhannya nyeri
kepala, mual, muntah, dan dapat terjadi konvulsi dangangguan visus. Gejalanya
berupa udema papil akibat peninggian tekananintrakranial, paralisis nervus
kranial, atau hemiplegia. 2
I.
Sifilis
kongenital
Sifilis
kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini
sebab banyak T. Pallidum
beredar dalam darah. treponema masuk secara hematogen ke janin melalui
plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 10 minggu.2
Sifilis yang
mengenai wanita hamil gejalanya ringan. Pada tahun I setelahinfeksi yang tidak
diobati terdapat kemungkinan penularan sampai 90%. Jika ibumenderita sifilis
laten dini, kemungkinan bayi sakit 80%, bila sifilis lanjut 30 %. 2
Pada kehamilan
yang berulang, infeksi janin pada kehamilan yang kemudianmenjadi berkurang.
Misalnya pada hamil pertama akan terjadi abortus pada bulankelima, berikutnya
lahir mati pada bulan kedelapan, berikutnya janin dengan sifiliskongenital yang
akan meninggal dalam beberapa minggu, diikuti oleh dua sampaitiga bayi yang
hidup dengan sifilis kongenital. Akhirnya akan lahir seorang atau lebih bayi
yang sehat. Keadaan ini disebut hukum Kossowitz. 2
Pemeriksaan
dengan mikroskop elektron tidak terlihat adanya atrofi lengkap.Hal yang
demikian saat ini tidak dianut lagi sebab ternyata infeksi bayi dalamkandungan
dapat terjadi pada saat 10 minggu masa kehamilan. Setiap infeksi sebelum 20
minggu kehamilan tidak akan merangsang mekanisme imunitas, sebabsistem imun
bayi yang dikandung belum berkembang dan tidak tampak kelainanhistologi reaksi
bayi terhadap infeksi. 3
Gambaran klinis
dapat dibagi menjadi sifilis kongenital
dini (prekoks), sifilis kongenital
lanjut (tarda), dan stigmata. 2,3 Batas antara dini dan
lanjut ialah duatahun. Yang dini bersifat menular,
jadi menyerupai S II, sedangkan yang lanjut ber- bentuk guma dan
tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau deformitasakibat
penyembuhan kedua stadium tersebut. 2
Sifilis kongenital dini
Kelainan kulit
yang pertama kali terlihat pada waktu lahir ialah bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dan kaki, kadang-kadang
pada tempat lain di badan. Cairan bula mengandung banyak T.
pallidum. Bayi tampak sakit.Bentuk ini adakalanya disebut pemfigus
sifilitika. 2
Kelainan lain
biasanya timbul pada waktu bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi pada S
II, pada umumnya berbentuk papul atau papulo-skuamosa
yang
simetris dan generalisata. Dapat tersusun teratur, misalnya anular. Pada tempat yang lembab papul dapat mengalami erosi seperti
kondilomata lata. Ragades merupakan kelainan
umum yang terdapat pada sudut mulut, lubang hidung, dan anus; bentuknya
memancar (radiating). 2
Wajah bayi
berubah seperti orang tua akibat turunnya berat badan sehinggakulit berkeriput.
Alopesia dapat terjadi pula, terutama pada sisi dan belakang kepala. Kuku
dapat terlepas akibat papul di bawahnya; disebut onikia sifilitika. Jika tumbuh kuku yang baru akan kabur dan
bentuknya berubah.2
Pada selaput lendir mulut dan tenggorok
dapat terlihat plaques muqueuses seperti pada S II. Kelainan semacam itu sering terdapat pada daerahmukoperiosteum dalam kavum nasi yang menyebabkan
timbulnya rinitis dan disebut syphilitic snuffles. Kelainan
tersebut disertai sekret yang mukopurulen atauseropurulen yang sangat menular
dan menyebabkan sumbatan. Pernapasan denganhidung
sukar. Jika plaques muqueuses terdapat pada laring suara menjadi
parau.Kelenjar getah bening dapat membesar, generalisata, tetapi tidak sejelas
pada S 11. Hepar dan lien
membesar akibat invavasi T. Pallidum
sehingga terjadi fibrosis yang difus. Dapat terjadi oedema dan sedikit ikterik
(fungsi hepar terganggu). Ginjal
dapat diserang, pada urin dapat terbentuk
albumin, hialin, dan granular cast.
Pada umumnya kelainan ginjal ringan. Pada paru kadang-kadang terdapat infiltrasi
yang disebut "pneumonia
putih". 2
Tulang sering diserang pada waktu bayi berumur beberapa minggu. Osteokondritis
pada tulang panjang umumnyaterjadi sebelum berumur enam bulandan memberi gambaran khas pada waktu pemeriksaan
dengan sinar-X. Ujung tulangterasa nyeri dan bengkak sehingga tidak
dapat digerakkan; seolah-olah terjadi paralisis
dan disebut pseudo paralisis Parrot.
Kadang-kadang
terjadi komplikasi berupa terlepasnya epifisis, fraktur patologik, dan
artritis supurativa. Pada pemeriksaan dengan sinar-X terjadi gambaran yang
khas. Tanda osteokondritismenghilang setelah dua belas bulan, tetapi
periostitis menetap. Koroiditis dan uveitis jarang. Umumnya terdapat
anemia berat sehingga rentan terhadap infeksi. 2
Neurosifilis
aktif terdapat kira-kira 10%. Akibat invasi T. Pallidum pada otak waktu intrauterin
menyebabkan perkembangan otak terhenti. Bentuk neurosifilis
meningovaskular yang lebih umum pada bayi muds menyebabkankonvulsi dan
defisiensi mental. Gangguan nervus II terjadi sekunder akibatkorioditis atau
akibat meningitis karena guma. Destruksi serabut traktus piramidalisakan menyebabkan hemiplegia/ diplegia. Demikian
pula dapat terjadi meningitis sifilitika akuta. 2
Sifilis Kongenital lanjut
Umumnya terjadi
antara umur tujuh sampai lima belas tahun. Guma
dapat menyerang kulit, tulang , selaput lendir, dan organ dalam. Yang khas ialah guma pada hidung
dan mulut. Jika terjadi kerusakan di
septum nasi akan terjadi perforasi, bila meluas terjadi destruksi
seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengandeformitas. Guma pada palatum
mole dan durum jugs sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada palatum.
2
Periostitis
sifilitika pada tibia umumnya mengenai sepertiga tengah tulang dan menyebabkan
penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperiostitis setempat pada tengkorak
berupa tumor bulat yang disebut Parrot
nodus,umumnya terjadi padadaerah frontal dan parietal.
2
Keratitis
interstisial merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi antaraumur
tiga sampai tiga puluh tahun, insidensnya 25% dari penderita dengan
sifiliskongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. Akibat diserangnya nervus
VIII terjadi ketulian yang biasanya bilateral. 2
Pada kedua sendi
lutut dapat terjadi pembengkakan yang nyeri disertai efusi dan disebut Glutton's
joints. Kelainan tersebut terjadi biasanya antara
umur sepuluh sampai dua puluh tahun, bersifat kronik. Efusi akan
menghilang tanpa meninggalkan kerusakan.2
Neurosifilis berbentuk paralisis
generalisata atau tabes dorsalis. Neurosifilis meningovaskular jarang,
dapat menyebabkan palsi nervus kranial, hemianopia, hemiplegia, atau
monoplegia. Paralisis generalisata juvenilia biasanya terjadi antara
umur sepuluh sampai tujuh betas tahun. Taber juvenilia umumnya terjadi kemudian dan belum bermanifestasi
hingga dewasa muda. Aortitis sangat jarang terjadi.2
Stigmata
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh
meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian
merupakan stigmata sifilis kongenital, akan tetapi hanya sebagian penderita
yang menunjukkan gambaran tersebut. 3
1.
Stigmata lesi dini. 3
a.
Gambaran muka
yang menunjukkan saddle nose.
b.
Gigi menunjukkan
gambaran gigi insisor Hutchinson dan gigi Mullberry
c.
Ragades
d.
Atrofi dan
kelainan akibat peradangan
e.
Koroidoretinitis,
membentuk daerah parut putih dikelilingi pigmentasi pada retina
2.
Stigmata
lesi lanjut. 3
a.
Lesi pada
kornea: kekaburan kornea sebagai akibat ghost
vessels
b.
Lesi tulang:
sabre tibia, akibat osteoeriostitis
c.
Atrofi optik,
tersendiri tanpa iridoplegia
d.
Ketulian syaraf
DIAGNOSA
Diagnosa
sifilis dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan serologis
terhadap darah dan liquor cerebrospinalis.
Reaksi yang positif terhadap antigen nontreponemal (misalnya terhadap RPR (rapid
plasma reagine) atau terhadap tes VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) perlu
dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan menggunakan antigen treponema (seperti FTA – Abs
(Fluorescent treponemal antibody absorbed). Jika FTA Abs ini tersedia, bermanfaat
untuk menyingkirkan hasil pemeriksaan yang “false-positive”. Untuk melakukan skrining
pada bayi baru lahir penggunaan serum 502 lebih
baik daripada darah tali pusat, karena darah tali pusat lebih sering memberi
hasil “false-positive”. Diagnosa
sifilis primer dan sekunder dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis
dengan teknik lapangan gelap (dark
field/dunkelfeld) atau dengan pemeriksaan fase kontras atau dengan teknik pengecatan antibodi FA dari eksudat yang
diambil dari sampel atau aspirat kelenjar
getah bening dengan catatan penderita belum diberi pengobatan antibiotika. Pemeriksaan serologis biasanya
memberi hasil negatif pada awal stadium pertama walaupun pada saat itu Chancre (ulcus
durum) masih ada. Pada saat masih ditemukan ada ulcus maka pemeriksaan mikroskopis
menggunakan teknik lapangan gelap adalah yang paling baik lebih-lebih pada stadium
awal sifilis primer yang biasanya memberikan hasil negatif pada pemeriksaan
serologis.11
PENGOBATAN2
1.
Penisilin
Obat ini dapat menembus plasenta sehingga mencega
infeksi pada janin dan dapat menyembuhkan janin yang terinfeksi; juga efektif
untuk penyembuhan neurosifilis.
Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam penisilin:
a.
Penisilin G
prokain dalam aqua dengan lama kerja 24 jam, jadi bersifat kerja singkat.
b.
Penisilin G
prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM), lama kerja 72 jam,
bersifat kerja sedang.
c.
Penisilin G
benzatin dengan dosis 2.4 juta unit akan bertahan dalam serum sampai 2-3
minggu, jadi bersifat kerja lama.
Sifilis
|
Pengobatan
|
Sifilis primer
|
1.Penisilin G benzatin 4,8 juta unit secara I.M satu kali seminggu
|
2.Penisilin G prokain dalam akua 0,6 juta unit/hari selama 10 hari
|
|
3.PAM 1,2 juta unit/kali , 2 kali seminggu
|
|
Sifilis laten
|
1.Penisilin G benzatin dosis total 7,2 juta unit
|
2.Penisilin G prokain dalam akua 0,6 juta unit/hari
|
|
3.PAM 1,2 juta unit/kali , 2 kali seminggu
|
|
Sifilis III
|
1.Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit
|
2.Penisilin G prokain dalam akua 0,6 juta unit/hari
|
|
3.PAM 1,2 juta unit/kali , 2 kali seminggu
|
2.
Antibiotik lain
a.
Tetracyclin 4 x
500 mg/hari selama 30 hari
b.
Eritromisin 4 x
500 mg/hari selama 30 hari
c.
Doksisiklin 2 x
100 mg/hari selama 30 hari
d.
Sefaleksin 4 x
500 mg sehari selama 15 hari
e.
Sefaloridin I.M
2 gr sehari selama 10-14 hari
f.
Azitromisin 500
mg sehari sebagai dosis tunggal selama 10 hari
DAFTAR PUSTAKA
1.
Peeling, R.W et al. Syphilis available at http//www.nature.com/reviews/micro. Accessedon May 14, 2010.
2.
Natahusada, EC,
Djuanda A. Sifilis dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S.Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2010. h:393-413.
3.
Hutapea, NO.
Sifilis dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi Menular Seksual,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta,2009. h:84-102.
4.
Sifilis
available at http//www.medicastore.com. Acccesed on May 14, 2010.
5.
Harahap M.
Ilmu Penyakit Kulit.Penerbit Hipokrates. Jakarta. 2000. h:170.
6.
CDC
National Prevention Information Network .Syphilis available athttp//www.cdc.com.
accessed on May 14, 2010.
7.
Aprianti S,
Pakashi RDN, Hardjoeno. Tes Sifilis dan Gonorrhoe
dalam: Hardjoeno dkk. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik .Penerbit LETHAS, Makasar.2003.h:353-61.
8.
Dugdale DC, Vyas
JM, Zieve D.Syphilis available at
http//www.medlineplus.com.Accessed on may
14, 2010.
9.
Wong T et al. Serological
Treatment Response to Doxycycline/ Tetracycline
versus Benzathine Penicillin.Am
J Med 2008 Oct; 121:903.
10. Riedner G, Rusizoka M, Todd J,
Maboko L, Hoelscher M, Mmbando D et al. Single- Dose Azithromycin versus Penicillin G Benzathine for
the Treatment of Early Syphilis.
NEJM 2005 Volume 353:1236-1244.
0 komentar:
Posting Komentar